Relawan Sahabat LBP menggelar deklarasi mendukung Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Panjaitan untuk maju sebagai presiden dalam pilpres 2024. Ada pihak yang menilai, dukungan dari relawan terhadap Luhut mengingatkan kasus Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Saat itu SBY masih menjabat menteri di kabinet Megawati Soekarnoputri.
“Upaya menyamakan kasus Luhut dan SBY tampaknya mengada-ada. Sebab, SBY saat itu memang sudah mendapat banyak simpati dari masyarakat,” kata Pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul M. Jamiluddin Ritonga kepada www.suaranasional.com, Selasa (12/10/2021).
Simpati masyarakat tambah menguat setelah ucapan suami Megawati, Taufik Kiemas, terhadap SBY yang kurang pantas. Masyarakat semakin mengagumi SBY, sehingga elektabilitasnya terus meningkat.
“Kasus Luhut tidak menggambarkan seperti itu. Luhut hanya menteri yang terlihat sangat dipercaya Presiden Joko Widodo (Jokowi). Namun kepercayaan Jokowi itu tidak membawa Luhut pada popularitas yang dominan positif,” ungkapnya.
Hal itu juga tergambar pada elektabilitasnya yang sangat rendah. Bahkan dalam berbagai survei, elektabilitas Luhut tidak muncul.
Kata Jamiluddin, banyaknya jabatan yang diberikan Jokowi kepada Luhut tidak sebanding dengan popularitas dan elektabilitasnya. Hal ini tentu menyulitkan bagi relawan untuk mengerek elektabilitas Luhut.
“Dengan jabatan yang begitu banyak, elektabilitas Luhut seharusnya sudah moncer. Ini artinya, Luhut bukanlah sosok yang mudah untuk dijual,” jelasnya.
Hal itu tentunya menyulitkan Luhut untuk bertarung pada Pilpres 2024. Karena itu, Luhut lebih baik tidak memikirkan pilpres.
“Luhut cukup bekerja saja untuk menyelesaikan masa baktinya sebagai menteri hingga 2024. Mungkin itu yang paling pas untuk Luhut,” pungkasnya.