Pangkostrad Letjen Dudung Abdurachman harus minta maaf atas hilangnya patung diorama Soeharto, AH Nasution dan Sarwo Edhie di Museum Kostrad.
Demikian dikatakan pengamat seniman politik Mustari atau biasa dipanggil Si Bangsat Kalem (SBK) kepada www.suaranasional.com, Sabtu (2/10/2021). “Soeharto, AH Nasution dan Sarwo Edhi merupakan sosok Sapta Marga pembela Pancasila,” ungkapnya.
Kata SBK, patung diorama di museum Kostrad yang hilang memunculkan kegaduhan di masyarakat. “Patung diorama itu menggunakan anggaran negara sehingga tidak bisa seenaknya dihilangkan,” paparnya.
SBK mengatakan, penjelasan Dudung atas hilangnya patung diorama di museum Kostrad sangat tidak memuaskan. “Kalau patung diorama tersebut hilang, bagaimana kalau patung Bung Karno dihilangkan, tentunya memunculkan protes juga,” ungkap SBK.
Selain itu, ia mengatakan, harusnya Dudung menolak ketika ada yang meminta patung diorama di Koatrad dihilangkan. “Sekalipun yang meminta mantan Pangkostrad Azmyn Yusri Nasution juga harus ditolak,” paparnya.
Mantan Pangkostrad Azmyn Yusri Nasution mengakui mengusulkan memindahkan patung diorama itu atas dasar agama Islam yang diyakininya.
“Saya sampaikan, beritahu beliau, dulu waktu saya menjabat, saya berinisiatif membuat patung tiga Jenderal itu. Saya sampaikan pada Pak Dudung, usia saya sudah 67 tahun. Setelah tua ini saya banyak merenung diri, banyak dengar ceramah, banyak membaca buku tentang agama yang saya anut, Islam. Di dalam agama Islam sangat-sangat dilarang membuat patung, menyimpan patung, apalagi si pembuat. Yang inisiatif membuatnya itu dosanya sangat besar. Saya sampaikan ke Pangkostrad dan Alhamdulilah direspons positif,” ungkapnya kepada Kompas TV, Rabu (29/9/2021).