Polisi diminta lebih transparan mengusut kasus penyerangan terhadap tokoh agama. Majelis Ulama Indonesia kecewa hampir setiap kali menangani perkara, pelakunya disebut sebagai “orang gila.”
Pernyataan tersebut disampaikan oleh Wakil Ketua Umum MUI Muhyiddin Junaidi dalam menanggapi sejumlah kasus penyerangan terhadap beberapa tokoh agama di sejumlah daerah.
Muhyiddin berkata, “Sedihnya kan kita kalau pelakunya adalah setelah diperiksa oleh polisi katanya orang gila coba.”
Bagi Muhyiddin, sulit dipercaya orang bisa berpikir tentang siapa yang akan diserang, disebut sebagai orang tidak waras.
“Bagaimana orang gila bisa menentukan sasaran kalau dia tahu dia ini ustaz ya kalau dia tahu gila ya namanya akalnya juga gila tidak berfungsi.”
Itu sebabnya, kepada polisi dia minta, “Tolonglah lakukan ini secara transparan ya. Jadi akuntabilitasnya itu jelas kita di zaman IT yang sangat maju dengan mudah menyampaikan bahwa pelakunya fulan bin fulan tinggal di daerah tertentu motifnya adalah karena dia miskin.”
Jika pengusutan kasus penyerangan terhadap tokoh agama dilakukan tidak transparan, akan memicu kecurigaan yang lebih luas, kata Muhyiddin.
“Jangan-jangan ini adalah permainan oknum tertentu mungkin saja ya ini disengaja dilakukan untuk mengalihkan publik opini dari sesuatu yang sangat berbahaya gitu ya,” katanya.