Habib Rizieq Shihab (HRS) ditakuti Istana karena bisa menggerakkan jutaan orang tanpa dibayar.
“Apa yang ditakuti istana kepada Habib? Kata-katanya. Orasinya. Ya kata-kata Habib bagaikan ‘sihir’, sehingga orang sulit membantahnya,” kata Anggota Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Depok Jawa Barat Nuim Hidayat beberapa waktu lalu.
HRS ditakuti Istana, kata Nuim karena agumen-argumennya yang kokoh dan keteguhannya dalam Islam. Kata-katanya dapat menggerakkan orang.
Bagi Istana, berat bagi mereka menghadapi Habib bila ia bebas. Istana takut ada aksi lagi yang digerakkan seperti Aksi 212. Sebuah ketakutan yang berlebihan (paranoid).
Kata Nuim, Habib adalah seorang ulama yang ingin perdamaian, keadilan dan kemakmuran di negeri ini. Memenjarakan dan menvonis Habib dengan tindak pidana yang ia tidak lakukan, berarti kezaliman yang luar biasa kepada Habib. Dan Allah yang Maha Kuasa suatu saat akan menghinakan sang penzalim. Gusti Allah mboten sare.
Habib Rizieq bisa disebut tokoh yang menggerakkan Aksi 212 untuk mendukung Anies. Jutaan manusia yang memenuhi kota Jakarta waktu itu, akhirnya berhasil menggagalkan Ahok untuk jadi gubernur. “Padahal Ahok didukung dana melimpah, Istana dan banyak partai besar,” ungkapnya.
Ia mengatakan, HRS telah dizalimi oleh Istana dan pendukungnya. Organisasinya dibubarkan tanpa pengadilan, pengawalnya enam pemuda Islam dibunuh dan kini ia dan kawan-kawannya mendekam di jeruji besi.
“Habib diadili tanpa jelas kesalahannya. Kasus kecil kerumunan dan soal swab test Covid-19, ia dikriminalkan. Dalam sidang pengadilan, Habib dengan bagus sekali membantah semua argumen dari Jaksa. Jaksa pun keteteran membantah argumen Habib,” pungkasnya.