Perdana Menteri Malaysia, Muhyiddin Yassin, akan mengajukan pengunduran dirinya kepada Raja Sultan Abdullah pada Senin (16/8/2021). Muhyiddin dijadwalkan melakukan audiensi khusus dengan Raja Malaysia Yang di-Pertuan Agong Sultan Abdullah di Istana Negara.
Seusai bertemu Raja, PM berusia 74 tahun itu bakal menyampaikan pidato khusus yang akan disiarkan seluruh TV Malaysia pada Senin siang mengenai pengunduran dirinya. Dilansir dari Malaysia Kini, Menteri di Departemen PM Malaysia bidang Penugasan Khusus, Mohd Redzuan Md Yusof, menuturkan bahwa keputusan mundur disampaikan Muhyiddin saat bertemu dengan para petinggi Partai Bersatu di markas Perikatan Nasional, Minggu (15/8/2021) pagi waktu setempat.
Kabar ini menunjukkan bahwa PM Malaysia memiliki sikap ksatria untuk mengundurkan diri setelah tidak dikehendaki parlemen. Soal kegagalan di bidang ekonomi dan penanggulangan pandemi menjadi pemicunya. Sejumlah partai oposisi yang dimotori UMNO terus mengkritik kebijakan Muhyiddin.
Berbeda dengan Malaysia, Presiden Joko Widodo Justru dituntut mundur oleh rakyat, sementara wakil rakyat dan partai politik begitu kuat menjaga kekuasaan Presiden. DPR tidak menjalankan fungsi kontroling, meskipun memiliki hak Interpelasi, Hak Angket hingga Hak Menyatakan Pendapat (HMP).
Kasus Covid-19 yang mencapai 3,86 juta kasus dengan angka kematian mencoba 116 ribu, tidak dapat menggerakkan DPR untuk menegur atau setidaknya memanggil dan bertanya kepada Presiden tentang kebijakan penanggulangan pandemi yang telah merenggut banyak korban nyawa. Bahkan, DPR sampai digugat rakyat melalui perkara nomor 265/Pdt.G/2021/PN.Jkt.Pst agar menjalankan fungsinya dengan menggunakan hak dewan berupa Hak Interpelasi, Hak Angket dan Hak Menyatakan Pendapat.
Terpisah, Presiden Joko Widodo juga digugat melalui perkara nomor 266/Pdt.G/2021/PN.Jkt.Pst agar mengundurkan diri dari jabatannya dan mengumumkan pengunduran dirinya kepada publik. Namun, sampai hari ini Presiden tidak mundur bahkan asyik melanggar protokol kesehatan dengan membuat kerumunan di Terminal Grogol Jakarta Barat.
PM Malaysia Muhyiddin Yasin telah menunjukkan sikap kenegarawanannya. Berani mundur, demi bangsa dan negaranya. Bagaimana dengan Presiden Jokowi ?
Dalam situasi pandemi, Presiden sempat berkata agar jangan egois, harus melepaskan kepentingan pribadi demi masyarakat, bangsa dan negara. Semestinya, Presiden melepaskan ego dengan segera mengundurkan diri, melepaskan kepentingan pribadi demi masyarakat, bangsa dan negara.
Penanggulangan pandemi yang mengabaikan UU No 6 tahun 2018 tentang kekarantinaan kesehatan, telah menimbulkan akibat fatal. Kasus covid-19 tidak terkendali, jumlah kematian mencapai jumlah angka yang mengkhawatirkan.
Jika dibiarkan, bisa terjadi ‘Genosida massal’ akibat salah urus, salah mengambil kebijakan. Dan hal ini, bisa mengakibatkan Indonesia kehilangan sejumlah generasi anak bangsa (lost genetation).
Kalau sejak awal presiden terapkan Lockdown, menjamin kebutuhan dasar orang dan pakan hewan ternak, kemungkinan pandemi dapat segera terkendali atau minimal kasus kematian tidak menakutkan seperti saat ini. Berdalih pandemi, nyawa rakyat saat ini seolah tidak berarti.
Ayo Pak Jokowi, mundurlah ! teladani PM Malaysia, yang lebih mementingkan urusan bangsanya ketimbang urusan pribadinya. Semestinya, Presiden Jokowi juga segera mengambil inisiatif mengundurkan diri.