Oleh: K.H. Athian Ali M.Da’i, Lc.,M.A *
14 Agustus 2021
Sejak memasuki abad 20 para ilmuwan di Barat sudah dibuat gelisah dan mempertanyakan kembali motto dan slogan “Science is the most powerful”, karena terbukti, implikasi saintisme telah menimbulkan banyak masalah yang cenderung menjadi bumerang bagi peradaban manusia.
Kegelisahan mereka cukup tergambar dengan jelas dalam buku Alexis carrel “Man the unknown”, dimana manusia pada abad modern sekarang ini malah disibukkan mencari jati dirinya dan terus berupaya memanusiakan kembali manusia.
Kemungkinan terpuruknya eksistensi manusia ketingkat yang sangat rendah – yang telah di ingatkan Islam 15 abad yang Ialu (Q.S. At Tiin: 5) seharusnya sudah cukup untuk menyadarkan kaum liberal dan kelompok sekuler, bahwasanya sukses yang dicapai sains dan teknologi, bila tidak didasari dan disertai sukses dalam nilai-nilai ruhaniyah, lambat tapi pasti akan menjerumuskan manusia kedalam keyakinan yang sesat dan menyesatkan, bahwasanya masa depan kehidupan manusia, sepenuhnya terletak pada kemajuan yang dicapai sains dan teknologi : “Pilihlah ilmu jika ingin maju, atau berpeganglah terus kepada agama jika ingin mundur” Bangsa Indonesia seharusnya tidak terjebak dalam kesesatan seperti ini. Sebab, di negeri yang menjadikan Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi sila pertama pada Pancasila, seharusnya norma-norma agama disamping berfungsi sebagai sumber nilai juga sekaligus pemonitor terhadap setiap perubahan yang dihasilkan pembangunan. Agar jangan sampai aspek positif dari pembangunan melesat maju, sementara aspek normatif tertinggal jauh di belakang. Dimana aspek normatif dijadikan nilai pinggiran, sementara kaidah ekonomi liberal atau politik pragmatis dijadikan nilai inti.
Islam mengajarkan agar kita tidak hanya berusaha menanam pohon duniawi yang buahnya bisa kita petik untuk memenuhi kantong perut dan hajat lahiriyah lainnya, tapi juga – bahkan yang terpenting – berupaya menanam pohon iman dan takwa, guna memenuhi laparnya ruhani (Q.S. Al Qashash:77., Ibrahim: 24-25) agar benar-benar berfungsi sebagai khalifah “wakil” Alloh (Q.S. Al Baqaroh 30) di muka bumi. Utuh ruhani dan jasmani, sehingga mampu tampil sebagai manusia yang bermoral mulia, berdaya guna dan berhasil guna bagi Agama, bangsa dan negara.
Selamat Tahun Baru 1443 H
Semoga kita akan menyaksikan dan menikmati Indonesia yang lebih baik Iagi pada masa-masa mendatang.
*Ketum Forum Ulama Ummat Indonesia (FUUI) / Ketum Aliansi Nasional Anti Syiah (ANNAS)