Pengamat: Pimpinan Negeri tak Punya Sense of Crisis

Tak Berkategori

Pimpinan negeri tidak mempunyai sense of crisis di saat pandemi Covid-19 pemerintah mengecat ulang pesawat kepresidenan dengan anggaran sekitar Rp2 miliar.

“Sense of crisis benar-benar sudah menjauh dari pimpinan negeri. Padahal, presiden Jokowi sudah berulang kali mengingatkan perihalnya penting sense of crisis disaat pandemi Covid-19,” kata Pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul M. Jamiluddin Ritonga kepada www.suaranasional.com, Rabu (4/7/2021).

Kata Jamiluddin, di Sekneg sendiri sense of crisis terkesan sudah tumpul. Kiranya ini menjadi PR bagi presiden untuk menanamkan sense of crisis di lingkungan terdekatnya. “Hal ini penting agar sense of crisis tidak hanya dijadikan slogan untuk menghibur rakyat,” paparnya.

Ia mengatakan, kritik terhadap perubahan warna pesawat tersebut kiranya sangat beralasan. Sebab, di masa sulit seperti ini pemerintah seolah tak tahu skala perioritas.

“Padahal semua sepakat, saat ini seharusnya perhatian sepenuhnya pada penanganan Covid-19. Termasuk tentunya alokasi anggaran semuanya diprioritaskan untuk penanganan Covid-19,” jelasnya.

Karena itu, sangat sulit dipahami kalau pemeritah masih sempat berpikir mengalokasikan anggaran untuk mengganti warna pesawat kepresidenan.

“Kalau anggaran untuk itu masih ada, sepatutnya dialokasikan untuk membantu sebagian rakyat yang sudah susah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini yang seharusnya.menjadi prioritas pemerintah untuk segera diatasi,” pungkasnya.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News