Presiden Joko Widodo (Jokowi) tidak konsisten atas ucapannya yang mengeluh soal hoaks dan radikalisme di ruang digital namun membiarkan para buzzerRp menyebarkan kebencian dan adu domba.
“Membiarkan buzzerRp tapi mengeluh soal hoaks dan radikalisme di ruang digital, Presiden Jokowi tak konsisten,” kata pengamat politik Muslim Arbi kepada www.suaranasional.com, Jumat (21/5/2021).
Menurut Muslim, harusnya Jokowi membubarkan buzzerRp yang memunculkan persoalan bangsa. “Kasus Abu Janda sampai sekarang tidak jelas, menunjukkan rezim memelihara buzzerRp,” ungkapnya.
Kata Muslim, setiap hari didapati buzzerRp menyebarkan hoaks seperti kasus pelemahan KPK dengan tudingan ada Taliban dan radikalisme. “Kalau konsisten menghilangkan hoaks, penjarakan dulu Denny Siregar, Abu Janda maupun buzzerRp lainnya,” jelas Muslim.
Ia menilai, penegakan hukum dalam kasus pelanggaran UU ITE hanya menyasar kelompok oposisi maupun rakyat kecil. “Hukum tajam ke bawah tumpul ke atas,” papar Muslim.
Presiden Jokowi menghadiri acara peluncuran literasi digital nasional yang berlangsung secara virtual pada, Kamis (20/5/2021). Dalam sambutannya, Jokowi mengungkapkan tantangan di ruang digital semakin besar.
“Konten-konten negatif terus bermunculan. Kejahatan di ruang digital terus meningkat. Hoaks, penipuan daring, perjudian, eksploitasi seksual pada anak, perundungan siber, ujaran kebencian, radikalisme berbasis digital perlu terus diwaspadai karena mengancam persatuan dan kesatuan bangsa,” ujarnya.
Jokowi mengungkapkan, semua pihak berkewajiban meminimalisasi konten-konten negatif di ruang digital. Caranya adalah dengan membanjiri ruang digital dengan konten-konten positif.
“Banjiri terus. Isi terus dengan konten-konten positif,” kata Jokowi.