Jam’an Nurchotib Mansur alias Ustaz Yusuf Mansur mengkritik PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) karena memberi pembiayaan mahal kepada masyarakat.
Salah satunya adalah margin tinggi untuk pembiayaan perumahan secara syariah. Ia menduga hal ini terjadi karena bank ingin memperbesar cuan alias keuntungan semata.
“Ayo duduk. Supaya murah gimana. Biar masyarakat dapet halal, syari’i, tapi kompetitif dan menyenangkan. Naro (dana) murah, ambil (pembiayaan) mahal. Kan ngemalesin,” ujar Yusuf dalam unggahan di akun Instagram pribadinya, Kamis (20/5).
Padahal, menurut Yusuf, margin pembiayaan BSI seharusnya tidak mahal. Sebab, bisnis BSI dibangun dengan kekuatan besar, yaitu merger dari tiga bank BUMN syariah BRI Syariah, Bank Syariah Mandiri, dan BNI Syariah.
Bahkan, menurut Yusuf, BSI seharusnya bisa menjadi pelopor sebagai bank syariah dengan pembiayaan murah kepada masyarakat.
“Enggak ada alasan buat enggak murah dan enggak bisa bersaing dengan kompetitor. Gedein pasar dulu. Jangan ngegedein cuan dulu. Target keuntungan enggak usah dibebani tinggi-tinggi. Biar bisa bersaing,” katanya.
Menurut Yusuf, bila BSI hanya berorientasi pada keuntungan, hal ini membuat marwah perusahaan berubah dari perjuangan umat menjadi kapitalis. Padahal, seharusnya bank syariah menjadi garda depan yang membantu masyarakat.
Yusuf juga melempar sindiran kepada BSI karena bagi hasilnya lebih mahal daripada bank berskema konvensional. Menurutnya, bunga kredit bank konvensional justru bisa murah, mudah diambil, ringan, dan tidak mencekik nasabah.
“Ini mah namanya memanfaatkan euforia, memanfaatkan ghairah dan ghirah, ke syariah. Aslinya? Kapitalis,” ucapnya.
Maka dari itu, Yusuf berharap manajemen BSI bisa segera berbenah. Terutama, dalam mewujudkan pembiayaan murah kepada masyarakat.
“Masa dari dulu jauh lebih mahal dari konvensional. Asli bandingkan dengan konvensional, yang selama ini disalahin riba mulu. Kita benar-benar pengen lihat murahnya, ringannya, mudahnya, hebatnya, baiknya, malah jauh lebih baik ketimbang Mandiri, BNI, BRI, dan BCA,” sambungnya.
Selanjutnya, kehadiran BSI diharapkan bisa memperbesar ekosistem ekonomi dan keuangan syariah. Terlebih, Indonesia merupakan negara dengan mayoritas penduduk muslim.
“Semoga dunia syariah bakal jauh lebih menarik dan sangat-sangat membantu masyarakat. Lalu tumbuh lebih gede lagi,” ucapnya.
Tak hanya kepada manajemen BSI, Yusuf juga berharap Kementerian BUMN ikut ‘turun tangan’.
“PR juga buat Kementerian BUMN untuk membuat dunia syariah asli berpihak bener ke dunia syariah. Berani rugi buat dunia syariah. Saya aja berani rugi buat perjuangan. Masa negara ga berani. Lagian, perjuangan-perjuangan awal,” tuturnya.
Pertanyakan Aset Bank Syariah
Komisaris Utama PT PayTren Aset Manajemen (PAM) itu juga mempertanyakan ke mana aset BSI dikelola? Sebagai pucuk pimpinan di PAM, ia mengaku tidak pernah diajak berbicara terkait pengelolaan aset dari bank syariah itu.
Padahal, saat BSI akan dibentuk, ia kerap menyuarakan harapan terhadap BSI. Selain itu, ia juga mengawasi PAM, perusahaan manajer investasi syariah di Indonesia.
“Ke mana naro dana? di aset manajemen mana? PAM sebagai satu-satunya yang lahir udah aset manajemen syariah, juga enggak ada pernah diajak bicara, sedikit pun. Bukan untuk apa-apa, untuk perjuangan. Buka-bukaan aja coba. Ke mana dan di mana?,” tandasnya.
[cnnindonesia]