Oleh: Abu Muas T. (Pemerhati Masalah Sosial)
Di tengah-tengah masih masifnya penyebaran pandemi covid-19 di negeri ini yang telah berlangsung selama tidak kurang dari 14 bulan, dan hingga kini pun masih belum dapat diprediksi kapan berakhirnya, maka pada gilirannya jelang Idul Fitri tahun ini pula terulang kembali larangan mudik jilid II sebagaimana larangan mudik jilid I pada tahun lalu.
Fenomena larangan mudik jilid I dan II dengan segala problematikanya, esensinya nyaris sama tentang kesimpangsiuran kebijakannya. Jika pada larangan mudik jilid I tahun lalu terjadi kesimpangsiuran antara istilah mudik dengan pulang kampung. Dimana, mudik dilarang – pulang kampung diperbolehkan. Sedangkan larangan mudik jilid II tahun ini, terjadi kesimpangsiuran pula antara larangan mudik dengan dibukanya lebar-lebar pintu wisata.
Di sinilah kebijakan yang sangat terlihat kontradiktif, alih-alih dapat mencegah terjadinya kerumunan malah sebaliknya tempat-tempat wisata sangat dimungkinkan akan bisa mengundang banyak kerumunan. Adanya kerumunan di tempat-tempat wisata diprediksi akan terjadi pada H+1 hingga H+3 Idul Fitri.
Larangan mudik jilid II ini pun, kini sedang diuji keefektifannya. Pada H-5 larangan mudik jilid II yang akan diberlakukan mulai tanggal 6 Mei pun, kini arus kendaraan keluar Jakarta sudah terpantau ribuan kendaraan pemudik siap meninggalkan Jakarta, Sabtu (1/5/2021). Demikian pula lonjakan penumpang kereta di stasiun Jakarta pun sudah mulai meningkat.
Semoga saja larangan mudik jilid II tahun ini dengan segala problematikanya, tidaklah berdampak pada peningkatan penyebaran covid-19 seperti yang sangat dikhawatirkan beberapa pihak akan munculnya klaster baru pacalebaran.
Hari ini hingga beberapa hari ke depan, khususnya ummat Islam hendaknya tidak perlu lagi merisaukan tentang adanya larangan mudik, tapi hari-hari ke depan ini semestinya kita mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk “mudik kita ke Kampung Akhirat”. Waktu persiapan diri mudik ke Kampung Akhirat yang terbaik di antaranya pada “Sepuluh Hari” terakhir ramadhan. Maka sudah selayaknya hari-hari ke depan ini semestinya kita fokuskan untuk meningkatkan kualitas ibadah puasa kita sehingga pada gilirannya semoga kita layak tergolong insan muttaqien. Insya Allah, Aamiin.