Pengamat: Bukan Kompetensi, Nadiem & Bahlil Lebih Pertimbangan Politis

Tak Berkategori

Presiden Jokowi telah melantik Nadiem Makarim, Bahlil Lahadalia, dan Laksana Tri Handoko di Istana pada 28 April 2024 petang. Tiga sosok ini melengkapi Kabinet Indonesia Maju yang sesuai denhan nomenklatur yang baru.

“Dari tiga nama tersebut, hanya Laksana Tri Handoko yang paling pas penempatannya sebagai Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Laksana Tri Handoko selain memang kompeten di bidang riset, ia juga sudah familiar dengan dunia riset di LIPI,” kata Pengamat Komunikasi Politik Universitas Esa Unggul M Jamiluddin Ritonga kepada www.suaranasional.com, Kamis (29/4/2021).

Jamiluddin menilai, Laksana akan cepat menyesuaikan diri untuk membawa BRIN menghasilkan hasil riset dan inovasi yang bermanfaaat bagi bangsa dan negara.

Sementara Nadiem, selama memimpin Kemendikbud, belum ada terobosan yang monumental. Bahkan banyak kebijakannya yang menuai kontroversial.

Ia ragu Nadiem mampu membawa lembaga baru itu setelah ditambah tugas dan fungsi Ristek. Sebab, kapasitas Nadiem di bidang pendidikan, kebudayaan, dan ristek, hingga saat ini masih diragukan. Karena itu, sangat disayangkan bila kementerian ini ditangani sosok sekelas Nadiem.

Bahlil Lahadalia yang didapuk sebagai Menteri Investasi juga layak diragukan. Ia memang sebelumnya Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), namun prestasinya tidak menonjol.

“Selama Bahlil menjadi Kepala BKPM, apakah investasi ke Indonesia meroket ? Tentu tidak, bahkan Indonesia kalah dengan Vietnam dalam penarikan investasi dari luar. Karena itu, wajar diragukan kalau Bahlil jadi Menteri Investasi dapat meningkatkan investasi ke Indonesia sebagaimana ditargetkan Jokowi,” ungkapnya.

Menurut Jamiluddin, Nadiem dan Bahlil sebagai menteri bukan karena kompetensinya, tapi lebih banyak pertimbangan politis. Karena itu, dua sosok ini dikhawatirkan tidak akan dapat memenuhi harapan Jokowi.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News