Apa yang Paling Dekat dengan Diri Kita di Dunia ini?

Tak Berkategori

Oleh: Abu Muas T. (Pemerhati Masalah Sosial)

Sebuah pertanyaan yang menjadi judul tulisan kali ini berangkat dari kisah Imam Al Ghazali yang bertanya beberapa pertanyaan kepada para muridnya, salah satu pertanyaan dari beliau: Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?

Jawab para muridnya, ada yang menjawab yang paling dekat ibu, ayah, kakak, adik, Om, Uwa, dan Bapak/Ibu Guru. Jawaban Sang Imam sangat mengejutkan para muridnya. Kata Sang Imam: Jawaban kalian itu benar, tetapi hakikatnya yang paling dekat dengan diri kita ini adalah “mati”. Karena janji Allah SWT tentang kematian mutlak kebenarannya, sebagaimana tersirat dan tersurat pada awal ayat 185 Surat Ali Imran: “Kul-lu nafsin dzaa-iqatul maut” (Tiap-tiap yang yang bernyawa akan merasakan mati)

Narasi ayatnya “bukan” tersurat: “Tiap-tiap yang tua/yang sakit akan merasakan mati”, tapi tersurat : “Tiap-tiap yang bernyawa akan merasakan mati”, arti di balik dari yang tersurat ini bahwa kematian pasti menghampiri setiap yang bernyawa. Bisa terjadi yang muda mendahului yang tua, bahkan bayi yang baru lahir pun dapat mendahului orang yang muda maupun yang tua dalam soal kematian. Demikian pula, orang yang sehat pun sangat dimungkinkan mati terlebih dahulu daripada orang yang sakit.

Berbicara soal kematian seperti yang menjadi salah satu jawaban Imam Al Ghazali tatkala menyampaikan pertanyaan kepada para muridnya tentang yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini, layak kiranya jika kita kaitkan dengan peristiwa tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala-402 yang telah dinyatakan oleh Panglima TNI Hadi Tjahjanto, dalam konferensi pers, pada Ahad (25/4/2021) sebagaimana dilansir Anadolu Agency, bahwa KRI Nanggala-402 telah tenggelam dan seluruh awaknya telah gugur. Innalillahi wa inna ilaihi rojiun.

Diakui atau tidak, disadari atau tidak, bahwa kematian sungguh paling dekat dengan diri kita. Pelajaran berharga dari tragedi tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala-402, belum genap dalam hitungan sepekan kelimapuluhtiga crew KRI tersebut telah meninggalkan kita semua. Kini, layak kiranya diri kita masing-masing mengadakan upaya perenungan sekaligus mengingatkan akan kematian yang sewaktu-waktu menjemput diri kita.

Tragedi KRI Nanggala-402, semoga menambah kuat keyakinan dan keimanan diri kita, bahwa betapa lemahnya diri kita dihadapan-Nya, kita hanyalah makluk-Nya yang “Laa hawla wa laa quwwata illa billah”. Kita doakan seluruh crew yang gugur, semoga mereka memperoleh rahmat, ampunan, dan karunia-Nya. Dan keluarga yang ditinggalkan diberikan kesabaran dan keikhlasan.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News