Internal Partai Demokrat hingga kini masih memanas. Muncul dua nama pensiunan Jenderal TNI. Moeldoko telah didapuk menjadi Ketua Umum Demokrat versi KLB Deli Serdang.
Dua jenderal tersebut terbilang memiliki karier gemilang semasa Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) masih menjabat sebagai Presiden RI. Kedua sosok tersebut ialah Moeldoko dan Gatot Nurmantyo.
Moeldoko yang juga Kepala Staf Kepresidenan kini berada di kubu berlawanan. Sementara itu, Gatot Nurmantyo yang mengaku sempat diajak melancarkan aksi justru menolak.
Bagaimana sebenarnya sepak terjang Moeldoko dan Gatot Nurmantyo semasa di tubuh militer? Berikut ulasannya.
Rekam Jejak Moeldoko
Jenderal TNI (Purn) Moeldoko merupakan salah satu tokoh militer Indonesia. Dia adalah lulusan terbaik Akademi Militer (Akmil) tahun 1981. Nama Moeldoko tidak asing lagi di dunia militer ataupun politik.
kepala staf kepresidenan jenderal purn moeldoko bertemu gubernur jawa tengah ganjar pranowo kampayekan protokol kesehatan 3 m melalui pendekatan budaya
Berikut bintang terang karier Moeldoko di tubuh TNI saat SBY menjabat Presiden RI.
Komandan Rindam VI/Tanjungpura pada tahun 2005
Komandan Korem 141/Toddopuli Watampone pada tahun 2006
Pa Ahli Kasad Bidang Ekonomi pada tahun 2007
Direktur Doktrin Kodiklat TNI AD pada tahun 2008
Kasdam Jaya pada tahun 2008
Panglima Divisi Infanteri 1/Kostrad pada tahun 2010
Panglima Kodam XII/Tanjungpura pada tahun 2010
Panglima Kodam III/Siliwangi pada tahun 2010
Wakil Gubernur Lemhannas pada tahun 2011
Wakasad pada tahun 2013
KSAD pada tahun 2013
Panglima TNI pada tahun 2013-2015
Sepak Terjang Gatot Nurmantyo
Tak berbeda jauh dengan Moeldoko, sosok Jenderal TNI (Purn) Gatot Nurmantyo juga merupakan salah satu tokoh militer yang hingga kini masih diperhitungkan. Lahir di Jawa Tengah pada 60 tahun silam, Gatot menduduki karier tertinggi sebagai Panglima TNI pada tahun 2015 hingga 2017.
Atas perintah SBY, Gatot mulai menjabat sebagai Kepala Staf TNI AD sejak Juli 2014. Sebelumnya, Gatot diketahui menduduki jabatan sebagai panglima Komando Cadangan Strategis AD.
Sementara itu, Gatot memulai karier usai lulus Akmil pada tahun 1982. Berikut beberapa jabatan di masa awal Gatot berkarier di dunia militer.
Gubernur Akademi Militer pada tahun 2009–2010.
Panglima Kodam V/Brawijaya pada tahun 2010–2011.
Komandan Komando Pembinaan Doktrin, Pendidikan dan Latihan TNI Angkatan Darat pada tahun 2011–2013.
Panglima Komando Cabang Srategis Angkatan Darat pada tahun 2013–2014.
Kepala Staf TNI Angkatan Darat pada tahun 2014–2015.
Panglima Tentara Nasional Indonesia pada tahun 2015–2017.
Pati Mabes TNI AD pada tahun 2017.
Gatot Diajak Kudeta AHY
Gatot mengaku sempat diajak dalam kudeta AHY. Dengan berbagai pertimbangan dan teringat jasa SBY, Gatot menolak.
“Banyak yang bertanya kepada saya, ‘Pak, Bapak juga digadang-gadang menjadi’. Ya saya bilang, ‘siapa sih yang enggak mau. Partai dengan 8% kalau enggak salah kan, besar, kan dia mengangkat Presiden, segala macam kaya gitu’. Ada juga yang datang sama saya,” kata Gatot.
Ketika ditawari mendongkel jabatan AHY, Gatot menyampaikan ke pihak-pihak menemuinya bahwa karier militernya hingga mendapat empat bintang tak lepas dari jasa SBY.
“Kalau begitu saya naik bintang tiga itu Presiden pasti tahu, kan gitu. Kemudian jabatan Pangkostrad, pasti Presiden tahu. Apalagi Presidennya tentara waktu itu Pak SBY ya kan. Tidak sembarangan gitu. Bahkan saya Pangkostrad dipanggil oleh SBY ke Istana ‘Kamu akan saya jadikan Kepala Staf Angkatan Darat’,” kenang Gatot.
Gatot juga masih mengingat betul pesan SBY ketika dirinya diberikan amanat. “Laksanakan tugas dengan profesional. Cintai prajuritmu dan keluarga dengan segenap hati dan pikiranmu. Itu saja. Selamat’. Beliau tidak titip apa-apa, tidak pesan lainnya lagi,” ungkapnya.
SBY Malu & Menyesal
Aksi kudeta yang dilancarkan para pihak kepada Partai Demokrat mendapat reaksi dari Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat SBY. Terus terang, SBY merasa menyesal dan malu pernah memberikan amanah kepada Moeldoko sebagai Panglima TNI.
“Termasuk rasa malu dan rasa bersalah saya yang dulu beberapa kali memberikan kepercayaan dan jabatan kepadanya dan mohon ampun kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala, Tuhan yang Maha Kuasa, atas kesalahan saya itu,” kata SBY.
[merdeka.com]