Juru Bicara Presiden Joko Widodo (Jokowi) Fadjroel Rachman pernah meminta mundur Din Syamsuddin dari anggota Majelis Wali Amanat (MWA) ITB.
“Alumni ITB @itbofficial wajib meminta Din Syamsuddin untuk mundur sebagai anggota MWA ITB karena tidak pantas untuk mendorong kecurigaan dan ketidakpercayaan publik terhadap Mahkamah Konstitusi,” ungkap Fadjroel di akun Twitter-nya @fadjroel.
Gerakan Anti Radikalisme – Alumni Institut Teknologi Bandung (GAR ITB) pernah meminta Din Syamsuddin mundur dari MWA ITB.
Menurut alumnus dalam surat tersebut, Din Syamsudin telah melanggar pedoman dasar institusi pendidikan tersebut.
“Para alumni menganggap Pak Din Syamsuddin melanggar statuta ITB,” kata salah satu alumni Achmad Sjarmidi, Jumat (26/5/2020).
Menurut Achmad, permintaan pencopotan ini dilayangkan setelah mencermati pernyataan-pernyataan, sikap, serta sepak terjang Din Syamsuddin selama satu tahun terakhir.
Ada sejumlah pernyataan kritikan Din, baik kepada pemerintah maupun lembaga negara lain yang disorot oleh para alumni.
Salah satunya adalah pernyataan Din pada 29 Juni 2019. Din menyebut adanya rona ketidakjujuran dan ketidakadilan dalam proses pengadilan sengketa hasil pemilihan presiden 2019 di Mahkamah Konstitusi.
“Pernyataan konfrontatif ini dilontarkannya pada saat yang bersangkutan sendiri belum sampai dua bulan menyandang statusnya sebagai anggota MWA ITB,” demikian tertulis dalam surat.
Kedua, keterlibatan Din dalam webinar pemakzulan Presiden. Hal ini dipicu oleh pernyataan Din dalam webinar Masyarakat Hukum Tata Negara Muhammadiyah (MAHUTAMA) dan Kolegium Jurist Institute di Youtube pada 1 Juni 2020 bertajuk Menyoal Kebebasan Berpendapat dan Konstitusionalitas Pemakzulan Presiden di Era Pandemi Covid-19.
Alumni menilai, dalam paparannya, Din telah melontarkan prasangka buruk terhadap pemerintah, menuduh pemerintah Indonesia otoriter dan represif, dan menuduh Presiden Joko Widodo membangun sistem kediktatoran konstitusional.
Achmad mengatakan para alumni lantas menelusuri rekam jejak Din. Dari penelusuran tersebut mereka menyimpulkan Din Syamsuddin cenderung berkarakter radikal.
Din, kata Achmad, pernah menghadiri dan berpidato dalam konferensi khilafah internasional pada 2007.