UMKM di Lamongan Butuh Pembinaan

Bersamaan dengan kondisi masyarakat yang masih dihantui dengan wabah korona yang telah merontokkan persendian kehidupan masyarakat, UMKM di Lamngan terus berusaha bertahan dengan pembinaan dari jajaran pemerintahan dan perbankan yang ada.

Salah satu penggerak dan juga menjadi ketua salah satu UMKM di Lamongan yaitu Yak Widhie banyak berbincang tentang kondisi UMKM di Lamongan saat ini saat acara di Gondang Park, Lamongan pada 15 Januari 2021.
Sebagai salah satu pegawai bank ternama di Indonesia ini tergerak mendirikan “UMKM Pelita” dengan fisi dan misi untuk mensuport berbagai pelaku usaha di Lamongan ini dengan ilmu usaha dan saling tukar pengalaman sesama pelaku UMKM agar bisa memajukan dunia bisnis di kota Lamongan ini.

Sebagai salah satu staf di Bank Jatim dengan spesialis memberikan permodalan untuk berbagai macam usaha, baik perdagangan maupun penjualan jasa. Menurutnya, apa yang dilaksanakan brsama pihak bank memang sesuai dengan program pemerintah untuk memajukan UMKM.

Dalam kaitan dengan hal tersebut, ada dua program pokok yang dilaksanakan. Pertama. Pemberian kridit dengan bunga murah. Ini ada dua jenis yaitu jenis angsuran bulanan untuk jenis perdagang. Yang kedua adalah jenis angsuran musiman. Ini berlaku untuk usaha pertanian. Yaitu sistem pengembalian saatus panen tiba.

Sementara untuk program kedua adalah pihak Bank lebih intensif memberikan pelatihan kepada pelaku UMKM agar lebih terarah dalam menggunakan modal pinjaman yang di dapatnya.

Saat ditanya tentang bagaimana peluang untuk mendapatkan dana pinjaman yang diajukan. Widhie menyatakan : “Untuk mendapatkan dana pinjaman pada saat pandemi ini mang agak susah. Apalagi di bank swasta. Di jaman sekarang meminjam tanpa ada jaminan pastinya gak bisa, beda dengan pemberian dana hibah. Pengalaman sebelumnya, tanpa penerapan hal ini menimbulkan banyak kasus kridit macet. Karena itu sekarang pihak bank juga tidak sembarangan mengucurkan dana”.

“Memang saya lihat bahwa semangat para pelaku usaha di mayarakat Lamongan sangat tinggi. Hanya sayang, mereka berjalan kebanyakan tanpa bimbingan. Bekal ilmu usahanya masih minim. Jadi kiranya sangat perlu para pembimbing lapangan turun untuk mengajari mereka,” ujar widhie.

Tentang pengalaman sebagai pembina di para pengusaha kecil ini adalah sebagaimana yang dilakukan kepada Andi di Baturono. Dari menganggur tanpa kerjaan sekarang dalam waktu 2 tahun setelah ikut UMKM Pelita, membuat usaha “Pentol Koboi” miliknya dikenal orang dan memberikan penghasilan yang lumayan dalam tiap bulannya.

“Memang rata-rata bagi pelaku UMKM permasalahan utama adalah pada masalah permodalan. Untuk itu bagi sosok yang telah lama bekerja di bidang per-bank-kan inil,, mulai di City Bank (5 th), di Bank Danamon bagian penyalur dana bagi UMKM, kemudian pindah ke BTPN selama 5 tahun sebagai Brush Manager yang juga bertugas menyalurkan dana kepada UMKM. Dari situ pula kemudian mendirikan UMKM Pelita di Lamongan.

Widhie memberikan saran kepada pemerintah daerah Lamongan untuk melakukan dua langkah strategis. Pertama, memberikan ilmu wirausaha kepada para pelaku UMKM. Kedua memberikan suport pada pemasarannya. “Banyak produk yang dihasilkan baik itu dibidang konveksi, mebel, songkok dan lai-lain, tetapi mereka kebingungan saat memasarkannya,” ujar widhie.

Untuk itu sebagai ketua UMKM Pelita saya menyarankan kepada pemerintah daerah untuk 1. Membuka stand pameran di tempat keramaian, misalnya di terminal atau bandara udara. “Itu merupakan salah satu cara pemasaran buat produk Lamongan. Ya setidaknya sebagai iklan bagi produk Lamongan bagi orang Indonesia dan juga bagi orang asing,” pungkasnya. (Yunus)

Simak berita dan artikel lainnya di Google News