Rekonstruksi terkait tewasnya 6 laskar FPI oleh tembakan polisi ini mirip sinetron Tersanjung. Ceritanya, berubah-ubah.
Demikian dikatakan sastrawan politik Ahamd Khozinudun dalam artikel berjudul “Rekonstruksi yang Bikin Tersanjung”. “Dari tembak menembak, berubah ditembak didalam mobil Daihatsu Xenia. Dari kepemilikan pistol hingga merebut pistol aparat. Dari jenis pistol organik berubah menjadi pistol rakitan,” ungkapnya.
Kata Ahmad Khozinudin, Inspektur Vijay menyatakan cerita masih bisa berubah jika ditemukan bukti baru. Entah apa yang dimaksud ‘bukti baru’ itu. Bisa bukti yang baru diadakan, atau saksi yang menerangkan kesaksian yang diulang setelah diarahkan. Pokoknya biar pas mungkin.
Inspektur Vijay ini sudah mirip Vasant R. Patel dan Revy Maghriza, sutradara Sinetron Tersanjung. Pintar sekali membuat alur cerita, membuat para emak berlinang air mata bawang bombai.
Lumayan juga lah, patut tersanjung kita melihat perkembangan sinetron eh maaf perkembangan kasus ini. Presiden ogah bikin TGPF, mungkin tak ingin membatasi kreasi dan imajinasi para ‘sutradara’ dalam kasus ini.
“Saya tidak tahu, apa target akhir dari sinetron ini. Yang jelas, rakyat sudah tidak percaya dengan adegan sinetron rekonstruksi yang digelar polisi,” paparnya.
Kata Ahmad Khozinudin, Presiden pun tak mampu menarik simpati rakyat, mengunduh legitimasi publik dengan membentuk TGPF. Presiden terkesan cuci tangan, seperti anjurannya dalam menjaga diri dari virus Corona.
“Padahal, kalau Presiden mau mengambil inisiatif membentuk TGPF, tindakan ini dapat menyelamatkan wibawa institusi kepolisian sekaligus meningkatkan legitimasi publik pada pemerintah. Saat ini, kesannya rakyat tak memiliki pemimpin, semua problem dibiarkan terkatung katung tidak karuan,” pungkasnya.