Reaksi Keras Ustadz Abdul Somad Terhadap Presiden Prancis Hina Islam

Kelakuan Presiden Prancis Emmanuel Macron yang dinilai masyarakat Dunia telah menghina agama Islam.  Ustadz Abdul Somad juga ikut bereaksi keras atas pernyataan Macron.

Ustadz yang akrab disapa UAS ini memberikan reaksi dengan mengunggah Journal Al Azhar dalam bahasa Arab di Instagramnya, @ustadzabdulsomad_official seperti kami kutip dari detikcom Jumat (30/10/2020). UAS memberi judul unggahannya: Al-Azhar Tegas Tolak Negosiasi Prancis.

UAS lalu menyertakan tulisan ini:

Dubes Prancis memohon kepada Grand Syaikh Al-Azhar Syaikh Ahmad Thayib agar membantunya untuk menghentikan gelombang boikot produk-produk Prancis. Namun beliau menolak dan menjawab, “Kami tidak menerima negoisasi terkait kasus penghinaan terhadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan Macron harus segera meminta maaf.”

Kata Syaikh Ali Jumah, “Orang yang menggambar dan menistakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang dungu anaknya orang dungu dan orang tuanya telah gagal mendidiknya.”

Ucapan Presiden Prancis yang dituding menghina Islam bermula saat memimpin penghormatan untuk guru Prancis, Samuel Paty. Dalam pidatonya, Macron bersumpah bahwa Prancis ‘tidak akan menghentikan kartun (karikatur)’ dan menyebut sang guru dibunuh ‘karena Islamis menginginkan masa depan kita’.

Macron juga menyatakan perang terhadap ‘separatisme Islam’, yang diyakininya telah mengambil alih sejumlah komunitas muslim di Prancis.

Akibat sikap Macron yang menuai banyak kecaman dari sejumlah negara seperti Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Seruan boikot produk Prancis dari sejumlah negara juga menyeruak.

Pemerintah Indonesia mengecam pernyataan Macron. Kemlu telah memanggil Dubes Prancis untuk Indonesia, Olivier Chambard.

Pemanggilan terhadap Dubes Prancis untuk RI itu dilakukan pada Selasa (27/10/2020). Namun, Olivier belum memberikan respons atas kecaman Indonesia akibat sikap Macron.

Kontroversi pernyataan Presiden Prancis yang menghina Islam itu dimulai ketika aktivitas guru sejarah Samuel Paty mengajar sambil menunjukkan gambar Nabi Muhammad di kelas kebebasan berbicara.

Gambar kartun dan karikatur Nabi Muhammad itu dari majalah Prancis, Charlie Hebdo terbitan tahun 2015. Paty akhirnya terbunuh dengan kepala dipenggal. Pelakunya adalah seorang ekstremis asal Chechnya yang berusia 18 tahun.[detikcom]

Simak berita dan artikel lainnya di Google News