Dilaporkan ke Polisi Karena Wawancara Kursi Kosong, Lieus Sungkharisma Dukung Najwa Shihab

Beredarnya video berdurasi 4 menit 22 detik yang memperlihatkan Najwa sedang mewancarai kursi kosong yang seolah-olah Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto, ternyata berbuntu panjang. Akibat video itu, Relawan Jokowi Bersatu melaporkan Najwa ke Polisi meski kemudian laporan itu ditolak Polda Metro Jaya, dan meminta si pelapor menyampaikan laporannya itu ke Dewan Pers.

Terkait video wawancara kursi kosong itu. reaksi masyarakat tak kurang serunya. Pro kontra atas apa yang dilakukan Najwa bahkan menjadi perbincangan ramai di media sosial. Ada yang kontra, tapi banyak pihak yang menyatakan dukungannya pada presenter cantik itu.

Salah satu dukungan datang dari koordinator Forum Rakyat, Lieus Sungkharisma. Menurut Lieus, apa yang dilakukan Najwa Shihab dengan mewawancarai kursi kosong itu tidak ada yang salah.

“Itu bentuk kreativitas yang unik dan menarik dalam jurnalistik. Ketika narasumber yang paling berkompeten terhadap suatu masalah tak mau memberi penjelasan terhadap masalah yang dihadapi orang banyak, maka itu adalah jalan terbaik untuk menunjukkan pada publik betapa si narasumber tak bersedia memberi penjelasan apapun pada publik,” kata Lieus.

Lieus menjelaskan, apa yang dilakukan Najwa bukanlah hal baru dalam dunia jurnalistik. “Dari apa yang saya baca, kreativitas semacam itu sudah lazim dilakukan di negara dengan sejarah kemerdekaan pers yang panjang.

“Di Amerika sudah dilakukan bahkan sejak tahun 2012 oleh Piers Morgan di CNN dan Lawrence O’Donnell di MSNBC’s dalam program Last Word. Di Inggris, Andrew Neil, wartawan BBC, juga menghadirkan kursi kosong yang sedianya diisi Boris Johnson, calon Perdana Menteri Inggris, yang kerap menolak undangan BBC,” tutur Lieus.

Oleh karena itu, tambah Lieus, adalah keliru melaporkan soal kreativitas di dalam menyajikan informasi itu kepada polisi. “Bahwa menjadi hak narasumber untuk tidak bersedia diwawancarai, itu betul. Tapi publik juga punya hak untuk mendapat informasi yang benar dari setiap narasumber yang berkompeten,” katanya.

Itu sebabnya, tambah Lieus, setiap narasumber yang berkompeten atas satu masalah, berkewajiban memberi penjelasan pada publik terkait masalah yang sedang berkembang.

“Terus terang, dalam hal ini saya justru memberi apresiasi yang tinggi pada Najwa. Dia, dengan sangat cerdas berhasil melibatkan perhatian publik terhadap masalah yang sedang dihadapi rakyat, khususnya dalam hal pandemic covid-19 ini,” tutur Lieus lagi.

Seperti diketahui, dalam wawancara denga kursi kosong yang sedianya diduduki Menteri Kesehatan RI, Najwa membeberkan sejumlah kegelisahan masyarakat yang sudah jarang melihat sosok Menkes Terawan tampil di publik sejak pandemi Covid-19 melanda Indonesia.

“Pandemi belum mereda dan terkendali. Karenanya kami mengundang Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto,” kata Najwa dalam video Mata Najwa” edisi ‘Menanti Terawan’, Senin (28/9/2020).

Alasan Najwa menghadirkan Menkes Terawan karena ia dinilai paling kapabel menjelaskan apa saja hal yang sudah dilakukan oleh negara mengatasi pandemi Covid-19. Tapi sayangnya Terawan tidak hadir.

Karena itulah Najwa kemudian meeawancarai kursi kosong.
Lieus sendiri menilai ketidakhadiran Menkes Terawan memenuhi undangan Najwa di acara Mata Najwa itu sebagai hal yang sangat disayangkan. “Padahal itu bisa menjadi kesempatan bagus bagi Menkes untuk menjelaskan pada masyarakat apa sebenarnya yang terjadi terkait pandemic Covid-19 sekarang ini. Tapi kesematan itu justru tidak dimanfaatkannya,” ujar Lieus.

Bahwa kemudian Najwa dilaporkan ke polisi, menurut Lieus itu boleh-boleh saja. “Adalah hak setiap orang untuk membuat laporan ke polisi. Tapi menurut saya itu justru jalan mundur demokrasi. Kalau setiap hal yang menyinggung pemerintah dilaporkan ke polisi, terus untuk apa kita ngaku-ngaku sebagai negara terbesar ketiga di dunia yang menganut paham demokrasi…..?” tanya Lieus.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News