Oleh: Tardjono Abu Muas, Pemerhati Masalah Sosial
Sengatan panasnya sinar matahari pada Senin, 7 September 2020 siang hari di halaman Gedung Sate Bandung, tak menyurutkan massa dari berbagai ormas dan elemen masyarakat untuk menghadiri orasi deklarasi Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) Jawa Barat (Jabar).
Membedah (ndedeli, Jawa) proses terlaksananya deklarasi KAMI Jabar yang cukup berliku, ada hal yang menarik yang kiranya perlu dibedah atau didedeli (Jawa) lebih mendalam.
Paling tidak, ada dua hal yang kiranya perlu menjadi catatan penting. Pertama, ada sebuah hikmah di balik terjadinya dua kali pembatalan sepihak masing-masing dari pemilik gedung sewaan dan dari otoritas penanganan Covid-19 Jabar yang mencabut izin 14 jam sebelum hari H, sehingga membuat panitia deklarasi harus bekerja keras untuk tetap dapat menggelar acara sesuai yang direncanakan.
Atas pertolongan Allah SWT., akhirnya panitia dapat menggelar acara di dua tempat, deklarasinya sendiri berlangsung di sebuah rumah milik salah seorang deklarator di Kota Bandung pada pagi hari, dan gelaran orasinya digelar di halaman Gedung Sate Bandung pada siang hari. Penyelenggaraan acara di dua tempat dalam sehari inilah akhirnya menjadikan kelompok yang berupaya menggagalkan deklarasi dibuat terkecoh.
Kedua, orasi deklarasi KAMI Jabar yang digelar di halaman Gedung Sate Bandung kali ini ada nuansa tersendiri dari orasi-orasi sebelumnya yang mengangkat berbagai isu. Orasi KAMI Jabar pada Senin siang di bawah sengatan sinar matahari di antaranya dibacakanlah puisi berjudul: “Antara KAMI dan KALIAN” yang ditulis dan dibacakan sendiri oleh K.H. Athian Ali. Dari narasi puisinya sangatlah sarat makna walaupun dari penulisnya sendiri dikatakan bahwa puisi ini adalah “puisi-puisian” karena yang nulis bukan ahli puisi, akunya.
Layak kita bedah (dedeli, Jawa) narasi puisi bait demi bait. Narasi bait pertama berisi : “KAMI hadir sebagai gerakan moral menyelamatkan Indonesia, KALIAN malah gelisah, resah dan berburuk sangka”. Sungguh aneh tapi nyata di negeri ini, ada orang atau sekelompok orang yang berkumpul dalam sebuah koalisi sebagai gerakan moral yang sangat ingin menyelamatkan negara dan bangsa ini dari keterpurukan, malah di lain sisi ada orang atau sekumpulan orang yang merasa gelisah, resah, dan berburuk sangka kepada KAMI dengan cibiran-cibiran yang dinyatakannya bahwa KAMI tak ubahnya berisi barisan orang-orang sakit hati, ada pula yang menyatakan kumpulan orang-orang yang penuh ambisi kekuasaan. Cibiran-cibiran ini menjadi potret kondisi negeri aneh tapi nyata.
Adapun narasi bait kedua berisi, “KAMI berdeklarasi, menyatukan niat dan tekad yang mulia, KALIAN malah sibuk menyebar fitnah dengan cara yang sangat hina”. Titik putih guliran bola pertama KAMI Pusat bertempat di Tugu Proklamasi Jakarta pada Selasa, 18 Agustus 2020 lalu baik sebelum maupun pascadeklarasi, malah ada orang atau sekelompok orang yang menyebar fitnah dengan cara-cara yang hina hingga yang teranyar deklarasi KAMI Jabar pun difitnah merupakan bentuk kluster baru yang dianggap seperti keberadaan virus corona, sungguh hina fitnahan ini
Sedangkan narasi bait ketiga berisi : “KAMI bertekad menyelamatkan Pancasila hasil konsensus nasional delapan belas Agustus sembilan belas empat lima, KALIAN malah bertekad mengkhianati Pancasila dengan berupaya mengubahnya menjadi Trisila dan Ekasila”. KAMI bertekad menyelamatkan Pancasila, malah di lain pihak ada yang berupaya memeras Pancasila menjadi Trisila dan Ekasila yang patut diduga sangat lekat bernuansa faham komunisme. Ini hal yang sangat membahayakan bagi kelangsungan hidup Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
Selanjutnya, narasi bait keempat berisi : “KAMI istiqomah menegakkan amar ma’ruf nahiy munkar, KALIAN malah disibukkan mencari-cari dalih tuduhan makar”. Menuduh makar kepada KAMI setelah penuduh membaca maklumat KAMI poin kedelapan yang berisi: Menuntut Presiden untuk bertanggung jawa sesuai sumpah dan janji jabatannya serta mendesak lembaga-lembaga negara (MPR, DPR, DPD dan MK) untuk melaksanakan fungsi dan kewenangan konstitusionalnya demi menyelamatkan rakyat dan negara Indonesia”. Sungguh tuduhan yang tak berdasar, inilah potret negara penuh ironi.
Pada bait akhir puisinya berisi komitmen perjuangan KAMI yang berisi : KAMI, Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia. KAMI Agamis dan Nasionalis. KAMI Cinta Agama dan Tanah Air. KAMI bertekad membela agama, bangsa dan negara dengan jiwa dan raga KAMI. Sebuah komitmen dari anak-anak bangsa yang sangat prihatin dan ingin berupaya menyelamatkan negaranya karena kondisi negara sudah berada di bibir tebing kehancuran.
MERDEKA ! ALLOHU AKBAR