Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) harus memeriksa Yosi Mokalu atau Yosi Project Pop yang telah mendapat proyek Rp10,3 miliar dari Kominfo untuk melatih influencer.
“KPK harus periksa Yosi Project Pop yang mendapat proyek Rp10,3 miliar dari Kominfo untuk melatih influencer. Mulai dari proses awal tender sampai mendapatkan proyek tersebut,” kata aktivis politik Rahman Simatupang kepada suaranasional, Sabtu (29/8/2020).
Menurut Rahman, publik harus mengetahui penggunaan dana yang dipakai Yosi Project Pop itu. “Termasuk laporan keuangan dari kegiatan selama ini,” papar Rahman.
Rahman meminta BPK melakukan auditing terhadap Kominfo dan proyek yang dikerjakan Yosi Project Pop itu. “Rp10,3 miliar itu dari uang rakyat dan harus jelas dalam pertanggungjawabannya,” ungkap Rahman.
Kata Rahman, aparat kepolisian juga bisa memeriksa Yosi Project Pop dalam proyek dari Kominfo untuk melatih influencer ini. “Semua aparat penegak hukum bisa saling koordinasi untuk membongkar proyek ini,” paparnya.
Staf ahli Menteri Komunikasi dan Informatika Bidang Hukum, Prof Henry Subiakto menegaskan bahwa Kominfo tidak pernah menggunakan jasa influenzer.
Dana Rp10,83 miliar di Kominfo dipakai untuk melatih influencer dan membiayai artis yang membawa obor Sea Games.
“Jadi ada program itu melatih masyarakat, karena sekarang kita tahu masyarakat itu sudah menggunakan media sosial, dan banyak masyarakat yang kita coba untuk menjadi aktivis, kita dorong mereka menjadi influencer, maka program itu adalah program mendidikan masyarakat, menjadi influencer,” ucap Prof Henry dalam program acara Dua Sisi di tvOne, dikutip Pojoksatu.id dari channel YouTube Apa Kabar Indonesia tvOne, Jumat 28/8).
Henry menjelaskan, program Digital Literasi itu ditangani oleh organisasi Siberkreasi yang diketuai oleh personel grup musik Project Pop, Yosi Mokalu.
“Ketua Siberkreasi Yosi Mokalu dari Project Pop, boleh dicek. Dia adalah ketua yang melatih yang namanya digital literasi kepada publik, kepada mahasiswa, kepada masyarakat, untuk dilatih gimana menjadi influencer, karena influencer itu rakyat,” tandas Henry.