Beberapa tenaga ahli asal Indonesia membantu menemukan gas terbesar di Turki menjadi tamparan buat Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan yang menganggap tenaga kerja Indonesia kurang memiliki kemampuan.
“Tenaga kerja Indonesia banyak yang pandai-pandai. Di negara lain dibutuhkan contohnya menemukan gas terbesar di Turki,” kata pengamat politik Muhammad Yunus Hanis kepada suaranasional, Kamis (27/8/2020).
Menurut Yunus, kemampuan tenaga ahli Indonesia yang membantu menemukan gas di Turki menjadi tamparan buat Luhut. “Selama ini Luhut selalu mengunggulkan TKA Cina dan menganggap tenaga kerja asal Indonesia kurang mampu,” jelas Yunus.
Kata Yunus, Indonesia banyak memiliki tenaga ahli yang memiliki kemampuan hebat namun tidak dihargai di Indonesia. “Harusnya pemerintah meminta tenaga ahli ke Indonesia dan dibayar dengan gaji yang cukup tinggi,” jelas Yunus.
Berlayar pada 29 Mei yang lalu dari Istanbul, delapan pemuda berwarga negara Indonesia yang bekerja di Kapal pengebor minyak Turki, Fatih, turut terlibat dalam penemuan cadangan energi terbesar dalam sejarah Turki. Sebesar 320 miliar meter kubik cadangan gas alam ditemukan di sumur Tuna-1 sekitar 100 mil laut di pantai utara Turki di Laut Hitam.
“Tak banyak yang berpengalaman di bidang wireline drilling, itulah kenapa kami dipekerjakan di sini dan melatıh tenaga lokal,” ujar Beni Kusuma Atmaja (30 tahun), alumni Teknik Fisika ITB dalam keterangan resmi KJRI Istanbul kepada Republika, Selasa (25/8).
Dia merupakan seorang insinyur dalam wireline drilling, teknik pengeboran ultra-dalam yang efisien dalam ekstraksi dari massa bebatuan dan penemuan migas. Beni tidak sendiri, putera Indonesia lain dalam misi penemuan sumber cadangan gas Turki di antaranya Randyka Komala, Bahriansyah Hutabarat, Rifani Hakim, Dian Suluh Priambodo, Hardiyan, Indra Ari Wibowo, dan Ravi Mudiatmoko.
Mereka semua adalah tenaga ahli pengeboran Indonesia yang bekerja di Turkiye Petrolery Offshore Technology Center, anak perusahaan Turkiye Petroleri. Itu adalah perusahaan minyak pertama dan pemain penting dalam perekonomian Turki.
Konsul Jenderal RI Istanbul Imam As’ari mengapresiasi para pemuda WNI yang turut serta. “Kontribusi delapan pemuda Indonesia ini tentunya patut diapresiasi dan menjadi contoh bagi anak muda Indonesia untuk terus berprestasi dan menuntut ilmu setinggi-tingginya,” ujar As’ari.
Menurutnya sudah menjadi komitmen KJRI Istanbul untuk mendorong peningkatan jumlah tenaga kerja sektor formal dan kemampuan pekerja Indonesia di Turki. Masuknya kedelapan pemuda Indonesia membuktikan Indonesia mampu bersaing di pasar tenaga kerja teknologi tinggi di dunia.
“Ke depan, diharapkan semakin banyak Pemuda Indonesia yang mampu berkontribusi positif bagi perkembangan Indonesia dan dunia internasional,” tukasnya.