Ledakan bom di Beirut ibu kota Lebanon menjadi narasi memunculkan isu radikalisme dan terorisme di Indonesia. Kasus di Beirut juga menjadi bahan untuk menghantam kelompok oposisi dengan isu terorisme.
“Ledakan bom di Beirut menjadi narasi memunculkan isu radikalisme dan terorisme di Indonesia,” kata pengamat politik Muslim Arbi kepada suaranasional, Rabu (5/8/2020).
Menurut Muslim, ledakan bom Beirut akan ‘digoreng’ buzzer penguasa untuk menghantam kelompok oposisi terlebih lagi setelah kemunculan Koalisi Aksi Menyelamatkaan Indonesia (KAMI) yang digawangi Din Syamsuddin.
“Di media sosial akan muncul narasi ancaman kelompok radikal, khalifah dan oposisi yang bisa menghancurkan bangsa Indonesia,” jelas Muslim.
Bom Beirut, menurut Muslim akan digunakan buzzer penguasa untuk menutupi kasus pelecehan seksual ratusan wanita yang dilakukan Bambang Arianto. “Bom Beirut akan digunakan menutupi kasus Bambang Arianto,” pungkas Muslim.
Sebuah ledakan besar di dekat pusat Beirut, Lebanon, Selasa (4/8/2020). Ledakan yang guncangannya terasa hingga ke penjuru ibu kota negara itu mengakibatkan kaca rumah-rumah penduduk pecah berantakan dan meruntuhkan balkon apartemen.
Kantor berita resmi Lebanon, NNA, melaporkan Ledakan tersebut terjadi di daerah pelabuhan kota di mana terdapat gudang-gudang yang menampung bahan peledak. Sementara sumber lain menyebut terdapat bahan kimia yang disimpan di daerah itu.
Rekaman ledakan yang beredar di publik melalui media sosial menunjukkan asap naik dari distrik pelabuhan yang diikuti oleh ledakan besar. Mereka yang merekam apa yang awalnya tampak seperti kobaran api besar kemudian dikejutkan oleh ledakan itu.