Oleh: Adian Radiatus
Setelah penantian berbulan-bulan pasca kebakaran dan setelah artikel “CDY MEMANGGIL di medio Mei dan “CDY BERTANYA, KEMANA PEMIMPIN UMAT BUDDHA ?” ditulis pada awal Juni 2020 lalu, kini tampak titik terang akan terbangunnya kembali fisik Vihara tersebut.
Sebuah informasi berupa bagan susunan Panitia Pemugaran dan Pembangunan telah beredar di grup whatsapp lengkap dengan foto sosok beserta deskripsi jabatan di dalam struktur yang terdiri dari Dewan Kehormatan, Dewan Pembina dan Pembangunan.
Yang menarik adalah seperti apa yang disampaikan tokoh Tionghoa sekaligus mantan aktivis Buddhis, Lieus Sungkharisma, pengangkatan almarhum Liem Sioe Liong dipandang tidak relevan karena banyak tokoh Agama Buddha yang masih hidup dan aktif memimpin organisasi umat Buddha. Siti Hartati Murdaya adalah salah satu sosok yang disebutnya patut diikutsertakan.
Memang dalam tradisi agama Buddha dikenal apa yang disebut ‘penyaluran jasa’ oleh anak / keluarga yang masih hidup kepada almarhum orang tuanya. Apakah ini karena kebetulan Anthoni Salim duduk dalam Dewan Pembina kepanitiaan tersebut.
Walau bagaimanapun penempatan lima tokoh pengusaha sebagai Dewan Pembina terasa kurang sesuai dengan kapasitas mereka dalam sebuah panitia pembangunan apalagi berupa Vihara yang tentunya membutuhkan sosok-sosok yang setiap saat bisa terjun dilapangan agar terjadi sinergi yang bernilai tidak saja material fisik tapi juga spiritualisme Buddhisme.
Kelima tokoh Dewan Pembina itu dapat lebih berperan besar terhadap Vihara Cing De Yuen ini, namun dengan menyertakan pula tokoh Buddhis lainnya seperti David Herman Jaya, Murdaya Poo, Anton Setiawan, Franky Widjaya, Eddie Kusuma, termasuk Siti Hartati Murdaya akan menjadi harapan besar umat Vihara disana dan umat Buddha secara umum.
Bila pertimbangan keterlibatan sosok anggota panitia hanya karena semata-mata terkait hubungan pribadi, maka rasanya kurang menyentuh kebathinan secara hirarki sebuah pemugaran dan pembangunan Vihara yang apalagi memiliki nilai-nilai sejarah bernilai cagar budaya pula.
Vihara yang terletak ditengah pusat entitas Tionghoa itu akan menjadi lebih bermakna manakala memahami pentingnya rangkaian pemugaran dan pembangunan Vihara bersejarah ratusan tahun ini senantiasa mengedepankan nilai-nilai budaya dan kepercayaan terhadap para Dewa Dewi yang hadir dalam Vihara itu.
Tidak salah yang dikatakan Lieus, kalau Jusuf Hamka yang seorang Muslim saja terlibat dalam kepanitiaan yang menunjukan suatu toleransi kebersamaan, maka keikut sertaan tokoh Buddhis lainnya merupakan sebuah keniscayaan yang dapat memperkuat kehidupan spiritualisme Budhisme disana.
Dengan demikian diharapkan doa dan sembahyang umat agar Dewi Kwan Im sebagai Dewa Utama dan Dewa Dewi lainnya sungguh-sungguh merestui dan membuat Vihara Cing De Yuen menemui jalan membangun kembali, bukan hanya fisik semata tapi juga spiritualismenya…