Putra Presiden Joko Widodo (Jokowi) tidak punya rasa malu dengan mengundang Achmad Purnomo ke Istana untuk memberitahukan bahwa yang menjadi calon wali kota Solo Gibran Rakabuming Raka yang notabene putra orang nomor satu di Indonesia.
“Peristiwa ini sebenarnya memalukan, namun anehnya bagi Presiden hal ini dianggap biasa saja. Gawat juga jika Presiden hilang rasa malu,” kata Pemerhati Politik dan Keagamaan M Rizal Fadillah dalam artikel berjudul “Presiden yang Hilang Rasa Malu”.
Kata Rizal, argumen awal bahwa majunya Gibran sebagai calon Wali Kota Solo bukan politik dinasti karena meski anak tapi hak politik sebagai warga negara tak dapat dihalangi. Siap berkompetisi secara sehat.
“Namun prakteknya belum juga bertarung sudah memanfaatkan fasilitas kepresidenan,” paparnya.
Sebenarnya Presiden sudah kehilangan amanah ketika membuat Perppu tanpa tingkat “kegentingan memaksa”, melumpuhkan KPK, mengabaikan Putusan MA, memasukkan TKA China di tengah kesulitan kerja dan PHK, serta membuka peluang penguasaan China melalui investasi dan hutang luar negeri. Bagaimana bisa Presiden tidak menjaga martabat rakyat dan bangsanya?
Rizal mengatakan, kasus Gibran dinilai keterlaluan. Orang tahu kualitas, kapasitas, dan reputasi Gibran. Akan tetapi dengan modal sosial sebagai anak Presiden yang juga mantan Wali Kota Solo, lalu terang-terangan fasilitas kepresidenan digunakan sebagaimana pemanggilan Purnomo ke Istana,
“Di atas kertas Gibran bisa saja mulus menjadi Walikota. Dana “rekanan” pun mudah didapat atas titah ayahanda,” ungkapnya.