Aktivis Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) malas shalat berjamaah di masjid dan menganggap tasawuf menyebabkan kemunduran umat Islam.
“Pendapat Hizbut Tahrir yang mengganggap tasawuf sebagai penyebab kemunduran umat. Di samping itu, mayoritas syabab HTI malas shalat berjama’ah di masjid,” kata Pengurus LD PWNU Ayik Heriansyah dalam artikel berjudul “Ketika Amir Hizbut Tahrir Bermimpi Menjadi Al Fatih Kedua”.
Menurut Ayik Heriansyah, aktivis HTI shalat subuhnya kesiangan. “Apalagi mau shalat tahajjud dan shalat sunnat lainnya,” ungkapnya.
Selain itu, Ayik mengatakan, dalam pemikiran politik, Muhammad al-Fatih berpendapat umat Islam boleh hidup dalam beberapa negara. Satu umat tidak wajib hidup dalam satu daulah.
Saat Muhammad Al-Fatih menaklukkan Konstantinopel, dia seorang Sultan dari kesultanan Usmaniyah. Dia bukan seorang khalifah yang memimpin umat Islam seluruh dunia dalam satu daulah dan bendera.
Saat itu umat Islam terpecah-pecah ke dalam beberapa kesultanan. Kesultanan Mamluk di Syam dan Mesir, pemerintahan di Hijjaz, Yaman, kesultanan Safawi di Asia Tengah, kesultanan Moghul di Asia Selatan, kesultanan di Maghribi dan kesultanan-kesultanan di Nusantara.
“Muhammad Al-Fatih mengakui keabsahan dan kedaulatan kesultanan-kesultanan tersebut dibuktikan dengan surat yang dia kirim kepada para sultan di berbagai belahan dunia setelah berhasil menaklukkan Konstantinopel,” ungkapnya.
Kata Ayik, Muhammad Al-Fatih mengakui keabsahan dan kedaulatan kesultanan-kesultanan tersebut dibuktikan dengan surat yang dia kirim kepada para sultan di berbagai belahan dunia setelah berhasil menaklukkan Konstantinopel.