Oleh: Adian Radiatus
Dalam suatu kesempatan silahturahmi di acara demo keagamaan Islam, Indrayadi seorang kawan Tionghoa Kristiani dan saya yang kebetulan beragama Buddha disambut dengan hangat dan tulus kawan-kawan Muslim disana sambil berbincang-bincang dan berfoto bersama.
Namun rupanya meski istimewa di sana, tetapi tidak demikian didunia medsos. Ada kelompok yang bahkan sesama Tionghoa juga malah mencibir dan menjadi semacam ‘ejekan’ yang sangat tidak pantas. Ini menjadi catatan tersendiri.
Perilaku demikian sangat memprihatinkan sekali ditengah semangat merajut kebersamaan dan toleransi antar umat beragama diserukan oleh berbagai pihak termasuk pemerintah sendiri.
Ketidak samaan pilihan politik tidak mengharuskan membakar kebencian hingga bahkan melebar dengan menyeret entitas tertentu didunia medsos yang kadang tingkat sensitifitasnya meninggi.
Adu domba semacam ini pada saatnya layak dibuka dimuka publik, tetapi dalam bentuk forum semacam seminar tentunya. Agar upaya membangun kekuatan kebersamaan atas beraneka ragaman kehidupan berbangsa kita tidak terdistorsi perilaku segelintir oknum pemecah belah persatuan.
Masalah ini terasa menjadi sangat penting manakala daur ulang penebaran kebencian melalui foto tersebut dilakukan kembali saat rakyat sedang prihatin atas kehadiran RUU HIP , di mana ada terasa aroma komunisme di dalamnya.
Penyelidikan oknum-oknum pelaku semacam itu di dunia medsos tentu bukan hal sulit, para penebar kadang membumbuinya dengan hastag wkwkwk. Seakan bercanda tetapi maksudnya jelas untuk mempertajam rasa kebencian itu.
Tetapi untunglah para tokoh senior dan ormas besar Tionghoa malah memberi apresiasi besar dan selalu mendukung atas kehadiran siapapun yang mewakili kedamaian membangun kebersamaan dengan semua komponen masyarakat apalagi saudara Islam adalah mayoritas keluarga besar
bangsa negeri tercinta ini.
Oleh karena itu tudingan radikal sangatlah tidak beralasan dan justru patut diduga oknum-oknum didunia medsos ini adalah kelompok neo radikal yang menyusup dibalik media sosial. Tugas kita melawan dan memberi kesadaran pada publik atas potensi radikalisme di balik medsos ini…