Membicarakan maupun mendiskusikan presiden mundur secara sukarela atau permintaan rakyat bukan hal yang tabu diutarakan di Indonesia.
“Saya merasa prihatin, kini seakan perkataan presiden mundur (atas kemauan sendiri) atau mundur Presiden (atas permintaan sebagian rakyat ), menjadi hal yang dianggap tabu bahkan paranoid,” kata Kolonel (Purn) Sugeng Waras kepada suaranasional, Selasa (9/6/2020).
Kata Sugeng Waras, rakyat Indonesia termasuk kalangan pakar, akademisi bisa berbicara mengenai presiden mundur dari kekuasaan.
“Jika paranoid membahas presiden mundur tidak segera kita ungkap dan kita bahas, alangkah menyesalnya kita yang bisa menjadi bangsa yang stagnan yang diliputi, kecemasan, kecurigaan, prasangka buruk dan sejenisnya yang tidak mendidik yang justru menghambat bahkan mengancam peningkatan kecerdasan dan kesejahteraan bangsa Indonesia,” jelas Sugeng Waras.
Sugeng Waras, pernyataan selama ini terhadap kondisi bangsa sebagai bentuk kecintaan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Saya secara pribadi, tidak pernah memperhitungkan dan mempertimbangkan resiko buruk, diciduk, diculik, dibidik ataupun diapakanlah yang berkonotasi keburukan atau kejahatan. Bagi saya semua itu hanya halusinasi kebodohan/kemunduran,” pungkasnya.