Vihara Bersejarah Harus Ditangani

Oleh: Adian Radiatus

Petak Sembilan adalah sebuah nama yang tidak asing bila berkunjung ke kawasan Glodok, Pantjoran (ejaan lama) dan juga populer disebut Jakarta Kota meski termasuk Jakarta Barat.

Sebuah pasar tradisional dan Vihara tua bernama Dharma Bhakti atau Cing De Yuen (tahun 70 dan 80 an masih sering disebut Kelenteng) menjadi ikon yang mempopulerkan namanya.

Terlebih bagi orang-orang Tionghoa dan tentunya umat Vihara itu sendiri yang datang dari berbagai penjuru kota bahkan luar kota dan daerah pada saat-saat perayaan tertentu.

Hari Raya Imlek adalah salah satu yang paling mengemuka dalam kemeriahan berbalut kekhidmatan para umat bersembahyang.

Namun sebuah insiden kebakaran di bulan Maret tahun 2015 telah membuat gempar warga dan umatnya. Kesedihan dan keprihatinan mereka ditengarai masih terus tersimpan dihati. Hal ini dapat dilihat pasca kebakaran yang tanpa terasa telah berlalu selama lima tahun.

Dengan bangunan yang hampir terbakar habis semuanya, pengurus saat itu dan umat berusaha memakai bangunan samping seadanya dan menempatkan rupang Dewi Kwan Im yang merupakan Dewa Utama disana dan berhasil diselamatkan saat kebakaran itu.

Secercah harapan datang ketika dua tahun kemudian, tepatnya medio tahun 2017 ada renovasi bagian belakang bangunan dan sisi kiri kanan Vihara. Sayangnya setelah itu terhenti dan hingga kini harapan puluhan ribuan umatnya agar Vihara dapat dibangun kembali sesuai rencana gambarnya tidak terlihat tanda-tanda tibanya hari baik itu tiba.

Bila kisruh kepengurusan menjadi salah satu kendala, maka semestinya tidak boleh mengorbankan nilai-nilai mulia peribadatan umat apalagi kesakralan disana telah menjadi spiritual kehormatan bagi siapapun yang berkunjung kesana.

Memang saat ini Jakarta tengah dilanda wabah Virus Covid19 meskipun penangannya semakin terkendali. Namun penanganan tuntas pembangunan kembali Vihara yang juga termasuk Cagar Budaya ini adalah suatu kemuliaan dan benih kebajikan tiada tara bagi tugas menghapus kepedihan umat dan keprihatinan warga setempat.

Sekitar dua bulan lalu Vihara yang ditutup untuk semua aktifitas karena PSBB itu, tak dinyana mendapat perhatian tokoh Tionghoa Muslim, Jusuf Hamka yang menghantar kawan-kawan FPI melakukan penyemprotan disinfektan keseluruh bagian Vihara.

Tentu hal itu sangat menyenangkan dan berterima kasih sekali atas solidaritas kepedulian rekan-rekan muslim yang baik hati ini.

Bila tak salah Jusuf Hamka adalah tokoh yang didaulat menjadi pelindung dari kepengurusan saat ini. Meskipun demikian dalam konteks bagaimana tata peribadatan umat serta usaha pembangunan kembali bukanlah bagian tanggung jawabnya.

Tidak kurang restu dan kemudahan telah pula dijanjikan Gubernur Anies Baswedan setelah tidak kurang tiga kali berkunjung saat ibadah perayaan Imlek dilaksanakan disana.

Kini tinggal terbukanya gerbang kebesaran jiwa dan tekad bulat serta tulus untuk selekasnya merealisasi pemugaran dan pembangunan kembali Vihara yang sangat bersejarah ini karena sudah 370 tahun keberadaannya.

Siapapun yang berlapang hati dan turut melapangkan jalan untuk kesempatan menangani dan membangun kembali Vihara ini adalah orang-orang yang akan dan telah memiliki keagungan jiwa dan kemuliaan hatiā€¦

 

Simak berita dan artikel lainnya di Google News