Oleh: Tardjono Abu Muas, Pemerhati Masalah Sosial
Seiring dengan kurva penyebaran virus corona (Covid-19) di Jawa Timur (Jatim) yang belum juga memperlihatkan ke arah melandai apalagi menurun, tentu beberapa Kepala Daerah di wilayah Jatim masing-masing berupaya ingin menahan laju perkembangan virus yang satu ini di wilayahnya, tak terkecuali Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya.
Pemkot Surabaya lewat Walikota, Tri Rismaharani berupaya keras untuk mengamankan daerahnya dengan berupaya mohon bantuan langsung mobil Laboratorium Biosafety Level 2 (BSL-2) ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Pusat untuk digunakan tes warga Surabaya.
Realitanya kedatangan mobil yang dimaksud di wilayah Jatim ternyata tidak langsung menuju lokasi di wilayah kekuasaan Bu Risma di Surabaya malah dialihkan ke Lamongan dan Tulungagung Jatim. Nguambeklah Bu Risma.
Inilah awal kehebohan soal kedatangan mobil BSL-2 di wilayah Jatim. Bu Risma merasa kehadiran mobil yang dimaksud adalah upayanya untuk tes warga Kota Surabaya, ko malah dialihkan ke daerah lain.
Perlu disadari, wajarlah hal-hal demikian memang sering juga terjadi di beberapa lokasi bencana, namun hal demikian dapat diminimalisasi kejadian di lapangan dengan adanya koordinasi yang rapi oleh semua pihak yang terlibat dalam penanganan bencana. Perlu juga evaluasi tiap hari apa yang telah, sedang, dan akan dikerjakan esok harus sudah dibahas bersama tim di lapangan.
Di area penanganan bencana hendaknya semua pihak diharapkan bisa mengontrol emosi di tengah diri kita didera rasa letih, lesu, lelah dan lain sebagainya. Tanpa bisa mengontrol diri di area bencana akan bisa merusak kerja tim secara keseluruhan.
Memang, Jatim dan khususnya Kota Surabaya sedang menjadi sorotan publik soal kurva penyebaran Covid-19 selain DKI Jakarta. Oleh karena sedang menjadi sorotan publik sangat mungkin tensi SDM yang terlibat di dalamnya mengalami ketegangan.
Terlebih Kota Surabaya termasuk salah satu kota dari 15 kota yang siap menjalani kehidupan New Normal di tengah pandemi Covid-19 yang kurvanya belum melandai. Dengan masih terjadinya kehebohan soal mobil BSL-2 kiranya layak dipertimbangkan kembali untuk kesiapan kehidupan New Normal yang akan dijalankan Pemkot Surabaya?