Oleh: Tardjono Abu Muas, Pemerhati Masalah Sosial
Tren pasien positif terpapar Covid-19 di negeri kita hingga update terkini per tanggal 15 Mei 2020 ternyata belum juga menunjukkan penurunan. Tentu saja banyak faktor yang mempengaruhi kenapa tren penurunan belum juga tercapai, padahal di beberapa daerah ada yang telah dan sedang menjalani Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)?
Belum juga pelaksanaan PSBB tuntas, tiba-tiba muncul kebijakan baru dari Menteri Perhubungan (Menhub) tentang pelonggaran moda transportasi umum (PMTU) yang kebijakan ini dinilai oleh banyak kalangan tidak sinkron dengan pelaksanaan PSBB. Termasuk para pejuang medis pun berani mengungkapkan kekecewaannya atas kebijakan baru tersebut.
Wajarlah jika para pejuang medis melalui Dewan Pimpinan Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia (DP4NI) mengungkapkan kekecewaannya terhadap pemangku kebijakan negeri ini dalam penanganan percepatan penanggulangan wabah Covid-19.
Awal kekecewaan mereka terutama terkait terjadinya antrean panjang calon penumpang di Bandara Soekarno-Hatta pada Kamis (14/5) lalu. Terjadinya antrean ini bermula dari kebijakan pemerintah yang mengijinkan kembali operasional moda transportasi udara di bandara tersebut yang tidak mengindahkan protokol kesehatan terutama menjaga jarak. Dampak dari antrean yang tidak memperhatikan protokol kesehatan tentu sangat berisiko dan berpotensi besar dalam penyebaran dan penularan virus yang satu ini.
Sangat wajar pula jika para pejuang medis dalam hal ini para perawat di benteng terakhir melawan Covid-19 ini kecewa, jika kebijakan pelonggaran moda transportasi akhirnya berakibat melonggarkan pertahanan tiap individu sebagai garda terdepan dalam melawan Covid-19. Jika pertahanan garda terdepan runtuh, maka sangat dimungkinkan pasien positif terpapar akan bertambah yang tentu akan menambah beban kerja para perawat yang bertugas di garda terakhir.
Semoga para pemangku kebijakan negeri ini tidaklah menganggap angin lalu kekecewaan dan jeritan hati para perawat yang berhadapan langsung dengan para pasien covid-19. Mereka para perawat juga manusia, bukan malaikat. Oleh karena tugas, mereka rela meninggalkan keluarga tercinta berhari-hari. Buatlah mereka tersenyum dengan bertambahnya kesembuhan pasien, bukan malah membuat mereka berduka dengan bertambahnya pasien akibat ketidaktegasan kebijakan pemerintah.
Semoga pula di negeri ini tidak terjadi seperti di negara lain yang para tenaga medisnya melakukan aksi meninggalkan pasien karena pemerintahnya tidak mau mendengarkan suara hati para pejuang medis yang bertugas di benteng terakhir melawan Covid-19.