Misi Kampung Siaga COVID-19 yaitu mengedukasi masyarakat tentang bahaya virus corona baru, kesadaran masyarakat tentang hidup sehat, dan lebih peduli dengan lingkungan.
Pada 2 Maret 2020, Presiden Joko Widodo mengumumkan kasus pertama virus corona baru (COVID-19) diderita warga Depok, Jawa Barat. Mengingat kasusnya belum sebanyak saat ini, kala itu respons masyarakat terbilang biasa-biasa saja, meski sempat mengundang polemik. Begitu jumlah kasus beranjak naik, kesadaran tentang perlunya disiplin hidup bersih baru muncul.
“Waktu perkembangannya belum sebesar ini, belum begitu fokus juga. Semakin banyak kasus, berbagai cara memutus mata rantai penyebaran, baru dilakukan melalui langkah disiplin,” kata Ketua RW 16 sekaligus Ketua Satgas COVID-19 Kelurahan Mekarjaya, Depok, Jawa Barat, Ferryzar, Minggu (19/4).
Keresahan masyarakat tentang penyebaran COVID-19 memang terjadi di mana-mana. Upaya mandiri memutus mata rantai penyebaran virus mematikan itu juga masif dilakukan. Seperti halnya dengan warga RW 16 Mekarjaya.
“Kampung Siaga COVID-19 dibentuk pada awal April 2020 menjawab keresahan itu. Tujuannya, lingkungan warga RW 16 Mekarjaya aman dari penyebaran virus corona baru,” ujar Ferryzar.
Keberadaan Kampung Siaga COVID-19, menurut Ferryzar, merupakan bentuk kesadaran atas keselamatan warga setempat. “Ya ini kan untuk kami semua juga. Kalau bukan dari warganya sendiri, program pemerintah sebagus apa pun sulit dilaksanakan,” katanya.
Misi Kampung Siaga COVID-19 yaitu mengedukasi masyarakat tentang bahaya virus corona baru, kesadaran masyarakat tentang hidup sehat, dan lebih peduli dengan lingkungan bila ada warga yang menderita sakit. Namun, bukan perkara mudah membiasakan hidup sehat. “Rajin mencuci tangan dan menggunakan masker baru saat ini dipatuhi warga,” ujar Ferryzar.
Begitu program tersebut digaungkan, banyak yang berubah. Ferryzar menyosialisasikan beberapa jalan masuk ke lingkungan RW 16, ditutup. Bagi tamu yang berkunjung, wajib cuci tangan di depan pintu utama jalan masuk lingkungan itu. Di sana, fasilitas cuci tangan sudah disediakan.
“Di setiap rumah warga, kami imbau menyediakan sabun cuci tangan atau hand sanitizer. Selain itu, program rutin penyemprotan disinfektan kami galakkan,” ujar dia.
Di Depok, sebanyak 924 RW dijadikan Kampung Siaga COVID-19. Pemerintah Kota (Pemkot) Depok menyediakan anggaran sebesar Rp 2,7 miliar untuk dana stimulan kampung siaga tersebut.
Wali Kota Depok Mohammad Idris mengatakan, sejak pembatasan sosial berskala besar (PSBB) diberlakukan, pihaknya sangat fokus terhadap gerakan masyarakat itu. Tujuannya tidak lain agar masyarakat terpantau melalui perwakilan satgas di kampung siaga.
“Ini mencakup pengumpulan logistik, membuat sistem informasi yang lebih kuat, serta menjamin keamanan warga kami juga,” katanya.
Kampung Siaga COVID-19 juga dibentuk di daerah lain. Di Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, dua kampung sejenis dibentuk demi menanggulangi penyebaran virus corona baru. Kapolres Wonosobo AKBP Fannky Ani Sugiharto menginformasikan, kampung siaga tersebut berada di Kampung Singkir, Kelurahan Jaraksari, dan Kampung Losari, Kelurahan Wonorejo.
Kedua kampung tersebut mendapatkan bantuan alat perlengkapan pencegahan COVID-19 antara lain berupa alat semprot elektrik, masker kain, cairan antiseptik, wastafel portabel, sabun cuci tangan, dan tisu.
“Kami berharap barang-barang tersebut dapat dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat. Semua pihak harus bersama-sama mencegah penularan COVID-19. Kami mengapresiasi langkah antisipasi yang sudah dilakukan oleh masyarakat,” katanya.
Beberapa desa di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, pun membentuk kampung serupa. Keberadaan kampung ini diharapkan kian mendorong peran aktif masyarakat mencegah penyebaran virus tersebut.
“Kampung siaga yang sudah terbentuk di beberapa desa diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk bersama-sama mencegah penyebaran COVID-19,” ujar Kapolres Banjarnegara AKBP Iga Dwi Perbawa.
Dia juga berharap, Kampung Siaga COVID-19 dibentuk di seluruh desa agar sosialisasi dan informasi bisa sampai hingga ke tingkat terkecil di masyarakat. Terpenting, dengan adanya kampung siaga, kondusivitas masing-masing wilayah terus terjaga.
“Kami telah memantau langsung lokasi Kampung Siaga COVID-19 itu. Salah satunya di Desa Tunggara, Kecamatan Sigaluh,” kata Perbawa.
Ahli Epidemiologi Universitas Indonesia (UI) dr Pandu Riono berharap, kebijakan tentang PSBB dapat dilaksanakan di level terbawah yaitu masyarakat.
“Masyarakat harus jadi pelopor terdepan. Pembentukan program seperti kampung siaga itu merupakan salah satu cara. Namun, PSBB harus benar-benar dilaksanakan dengan baik. Informasi soal pembatasan sosial sudah mulai banyak dan bisa diakses masyarakat,” tutur dia.