Siswa Sekolah Dasar versus Staf Khusus

Oleh: Tardjono Abu Muas, Pemerhati Masalah Sosial.

Apresiasi atas niat tulus dan ikhlas serta tindakan mulia dua anak Sekolah Dasar (SD) yang perlu kita tiru, masing-masing Mochammad Hafidh (9) kelas 3 SD di Dayeuhkolot Kabupaten Bandung, dan Bagus Ananda Pratama (7) kelas 1 di Kota Kendari Sulawesi Tenggara. Keduanya dengan tulus dan ikhlas menyumbangkan uang recehan tabungannya disumbangkan untuk pembelian Alat Pelindung Diri (APD) bagi tenaga medis yang bertugas di benteng terakhir melawan penyebaran Covid-19.

Kedua siswa SD ini menyerahkan sumbangannya hanya diantar oleh orangtua masing-masing. Hafidz menyerahkan sumbangannya ke Polsek Dayeuhkolot Kab. Bandung, sedangkan sumbangan Ananda Pratama (Tama) diterima langsung oleh Wali Kota Kendari Sulawesi Tenggara.

Tindakan mulia keduanya mendapatkan apresiasi. Hafidh mendapatkan apresiasi dari Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil. Lewat akun instagramnya, pria yang akrab disapa Kang Emil itu menyampaikan apresiasi bagi Hafidh. “Hafidz, anak SD usia 9 tahun, berinisiatif menyumbangkan uang jajannya selama sekolah di rumah untuk membantu pemerintah melawan covid. Sumbangan ia serahkan ke Polsek Dayeuhkolot, Kab Bandung,” ungkap Emil pada postingannya, Jum’at (17/4/2020) (Ayobandung.com).

Adapun Tama menyumbangkan recehan tabungannya diantar orangtuanya, menyerahkan uang celengannya di Posko Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kota Kendari, dan diterima langsung oleh wali kota. Wali Kota Kendari Sulkarnain Kadir mengaku bangga dengan ketulusan serta keikhlasan anak tersebut yang mau menyumbangkan tabungannya untuk membantu penanganan Covid-19. “Saya sangat mengapresiasi apa yang dilakukan oleh Ananda (Tama). Ini menjadi spirit bagi kami untuk terus bekerja memberikan pelayanan kepada masyarakat,” tutur Sulkarnain (Republika.co.id).

Sementara Staf Khusus (Stafsus) Presiden Jokowi Andi Taufan Garuda Putra malah berkirim surat dengan kop Sekretariat Negara berlambang Burung Garuda kepada para camat di seluruh Indonesia dengan alasan agar para camat mendukung edukasi dan pendataan kebutuhan Alat Pelindung Diri (APD) dalam rangka melawan wabah Covid-19 yang dilakukan oleh perusahaan pribadinya, yakni PT Amartha Mikro Fintek (Amartha).

Dari sepak terjang kisah ketiga anak manusia di atas, tentu ada beberapa perbedaan yang patut diteladani dan pantas dinistakan. Pertama, tindakan Hafidh (9) dan Tama (7) yang masih berstatus siswa SD merupakan tindakan mulia yang patut ditiru. Masing-masing mendapatkan apresiasi dari gubernur dan wali kota. Kedua, sebaliknya tindakan Andi Taufan yang telah berani menyalahgunakan kedudukan dan fungsinya sebagai Stafsus yang melebihi kewenangan menteri setingkat Menko sekalipun, perlu dihinakan dan dinistakan. Ketiga, merebaknya wabah Covid-19 tanpa terasa telah menghidupkan hati nurani Hafidh dan Tama untuk simpati dan empati mau peduli membantu APD untuk tenaga medis dengan tabungan uang jajannya. Keempat, tak dapat dipungkiri masih ada saja sosok-sosok yang berbentuk manusia yang mau mengambil keuntungan atas merebaknya Covid-19 demi keuntungan perusahaan pribadinya. Sosok manusia semacam ini hakikatnya layak disebut manusia yang telah hilang nilai kemanusiaannya, mati rasa dimakan oleh Covid-19.

Dari kisah perjalanan ketiga anak manusia tersebut di atas, kita dapat menarik benang merah perbedaannya. Hafidh dan Tama dengan usianya yang tergolong masih anak-anak telah memiliki hati nurani yang murni yang tercermin dari aksi mulianya. Sebaliknya, Andi Taufan dengan status kekhususannya tidak dapat dijamin masih memiliki hati nurani.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News