Dokter Berlian Idriansyah Idris membongkar penyesatan yang dilakukan drh Indro Cahyono mengenai virus corona baru (Covid-19).
Dokter Berlian ahli spesialias jantung yang juga mendapatkan gelar doktor dari Universitas Erasmus Belanda menilai banyak kesalahan dilakukan drh Indro Cahyono yang mengklaim sebagai virologi.
Melalui akun Twitter @berlianidris, dokter Berlian memberikan penjelasan ke publik.
Berikut ini penjelasan dokter Berlian Idriansyah:
Dear @LunaMaya26 & drh. Moh Indro Cahyono, penjelasan di video ini salah & berpotensi membuat masyarakat meremehkan risiko tertular virus SARS-CoV-2 yg menyebabkan COVID-19.
Isinya ada yg mirip dgn di FB yg sdh diklarifikasi https://t.co/VRYYMkoCvE. https://t.co/qp5SiU1maE
dr. Berlian Idris:
Namun saya rasa tetap perlu diklarifikasi di lini masa Twitter karena menimbulkan polemik, dan banyak warga yg bertanya.
Saya jabarkan kekeliruan tersebut satu persatu. Cmiiw dr. @dirgarambe, dr. @Gatut_P
1. “Dari sebagian besar yg meninggal, belum pernah ada satupun yg meninggal hanya karena Covid.”
Seperti namanya, severe acute respiratory syndrome, virus ini menyebabkan gangguan pernapasan akut berat akibat kerusakan pada paru, yg membuat gagal napas, bahkan kematian.
2. “Kita sebaiknya tidak menghubungkan covid ini dengan kematian…”
Penjelasan poin 1, COVID-19 ini menyebabkan kematian. Kalau tidak berhubungan dgn kematian, untuk apa dihitung jumlah korban yg meninggal?
Hari ini saja (20200417) sdh ada total 496 orang yg meninggal di Indonesia.
3. “…kalau saya kena, mungkin demam/pilek/batuk/agak2 sesak napas selama seminggu…”
Ini spt meremehkan spektrum gejala yg mgkn dialami, dari tdk bergejala sampai gagal napas.
Mereka yg sembuh banyak yg melaporkan sesak yg menyiksa, dgn kemungkinan kerusakan paru permanen
4. “…tapi sesudah antibodi kita keluar, maka kita akan kebal.”
Terbentuknya antibodi tdk menjamin kekebalan mutlak dari re-infeksi, ada yg dilaporkan kembali positif.
Selain itu, makin banyak pasien sehat berusia muda yg meninggal karena reaksi sistem imun yg berlebihan.
5. “..dua minggu pasca infeksi antibodi paling tinggi, sehingga sebagian besar orang mengalami kesembuhan.”
Bila memang sebagian besar sembuh, kenapa hari ini, 16/4, dilaporkan angka kesembuhan ‘hanya’ 9.9% dari keseluruhan kasus terkonfirmasi? https://t.co/WpA7LCo0h4
6. “Jadi kalau Covid ini membuat sakit, iya, tapi tak seganas/tdk membunuh spt yg ada di media.”
Ini jelas salah (lihat poin 1& 2) & sangat berpotensi membuat masyarakat abai.
Kalaupun tidak meninggal, terjangkit COVID-19 menyakitkan. Kalau tdk berbahaya, kenapa ada PSBB?
7. “…hidup kita bukan angka, tidak ditentukan dgn statistik.”
Betul, karena itu satu nyawapun sangat berharga, kita harus cegah agar tidak tertular. Sakit COVID-19 itu tidak enak, apalagi kalau sampai meninggal.
8. Luna menguatkan lagi bahwa yg meninggal adalah karena komplikasi, bukan karena virus corona sendiri, yg diaminkan oleh drh. Indro.
Atas dasar itu Luna menyimpulkan agar kita jgn panik. Betul kita tak boleh panik, tapi juga tdk boleh abai. Dan jangan atas dasar yg salah.