Virus tanpa Identitas SARA

Oleh: Adian Radiatus

Apapun Suku anda, Agama anda, Ras anda juga Asal usul anda tidaklah dikenal oleh mahkluk bernama Virus ini. Dia hanya kenal sosok manusia yang rentan dan berpotensi untuk dihinggapi hingga bisa mati bila tidak super extra hati-hati.

Dan giliran Indonesia pun tibalah. Mereka resmi diumumkan pada dua maret 2020 dengan serangan mematikan pertama kali kepada dua orang pasien, menurut keterangan resmi pemerintah yang disampaikan langsung oleh presiden Jokowi.

Awal kontak adalah dengan warganegara Jepang. Artinya jelas lintas bangsa lintas Ras.
Selanjutnya sebagaimana kita ketahui bersama per hari ini Selasa tujuh belas maret mencapai seratus tujuh puluh dua pasien positif Convid 19.

Jangan pernah menari-nari diatas kesusahan orang lain apalagi diatas musibah yang berpotensi massal dan tidak mengenal struktur status atau jabatan apapun bagi korbannya.

Presiden susah hati, Gubernur juga risau, pejabat-pejabat terkait tidak nyaman. Tidak mungkin ada rasa bahagia atas kondisi ini.
Sesekali mungkin bingung harus memutuskan pilihan terbaik diantara dua yang terburuk. Ketenangan sikap belum tentu menjamin perasaan yang sama dihati.

Rakyat pun pasrah dan pilihan terbaik adalah menunggu dan mengikuti terus petunjuk pemerintah atas perkembangan demi perkembangan yang ada.

Tak ada tempat yang sungguh-sungguh aman bila sudah menjadi pandemi dunia sebagaimana diumumkan oleh WHO.

Bila sudah demikian sungguh tidak elok sekumpulan manusia mesti bersitegang, berkonfrontasi tentang mana lebih dulu telur atau ayam. Media medsos adalah ruang yang terlebar dan terdahsyat dalam polemiksasi penanganan kasus ini.

Presiden dan pemimpin daerah dibenturkan dari masing-masing sisi. Tendensiusnya terkadang jauh lebih menyedihkan dari pengorbanan perasaan para pejuang penanganan wabah ini.

Singkirkanlah semua konflik terkait situasi diluar wabah Virus ini. Pertambahan jumlah terinfeksi dari hari ke hari terus bertambah bukan hanya sisi pasien saja tapi cakupan wilayah terserang Virus juga semakin meluas.

Saatnya rakyat Indonesia yang nafas keagamaannya begitu besar dengan tingkat toleransi terpuji dibanyak negara karena keramah tamahannya pula, untuk menunjukan pada dunia luar kita bisa dan kuat bersama-sama bersatu menghadapi sang wabah.

Apabila masih ada sinisme atau apatisme bahkan negatifisme terhadap kondisi yang ada, ini adalah kesempatan menyingkirkannya.

Hanya untuk menghadapi wabah besar dan sangat berbahaya ini saja sinergi disatukan atas nama kebesaran dan kehormatan bangsa Indonesia dimata dunia.

Selain juga di mata sang Virus yang tak kenal identitas SARA seseorang yang terkena olehnya…

Simak berita dan artikel lainnya di Google News