Kisah Mansyurudin, Tunanetra Penghafal Quran yang Tinggal di Bilik Bambu


Meski matanya tak bisa melihat, tapi tekadnya untuk menghafal Alquran begitu kuat. Dia adalah Mansyurudin. Lelaki tunanetra berusia 25 tahun yang menjadi santri di Rumah Tahfidz Nurul Qolbi, Tajur, Bogor.



Mansyurudin tinggal bersama dengan bapak dan kakak perempuannya. Ibu Mansyurudin sudah meninggal dunia saat dia masih kecil. Ayah Mansyurudin kondisinya sakit-sakitan sehingga tidak bisa lagi bekerja. Untuk menghidupi kebutuhan sehari-hari, kakak perempuannya bekerja sebagai pembantu rumah tangga dan Mansyurudin menjadi tukang pijat keliling.





Rumah Mansyurudin berada di Gang Tangkil, Rt 02/05, Kelurahan Sukaluyu, Kecamatan Tamansari, Bogor. Meski tinggal di rumah berdinding anyaman bambu dan lantai yang masih beralas tanah, Mansyurudin tetap semangat menjalani kehidupan. Terkadang, saat hujan tiba ia sering khawatir karena dinding yang sudah usang nyaris roboh serta atapnya yang bocor. Tapi ia tetap sabar dan ikhlas menerima ujian tersebut.




Baca juga:  Sumbang Rp 946 Miliar, Rusun Mirip Barak Dibangun Jokowi untuk Santri

“Kalau hujan turun saya gak bisa tidur, gimana bisa tidur nyenyak, sedangkan atap bocor di mana-mana, dinding rumah saya sudah hampir roboh. Saya pasrah aja, sambil baca sholawat, kadang baca sebisanya, berharap sama Allah semoga tidak terjadi apa-apa dengan saya, keluarga dan rumah saya,” tutur Mansyurudin dalam keterangan tertulis PPPA Daarul Qur’an Bogo yang diterima kumparan, Selasa (25/2).




Meski begitu, Mansyurudin tetap bersyukur karena Allah masih memberikannya kesempatan untuk menjadi tukang pijat. Dari penghasilannya sebagai tukang pijat itu dia bercita-cita ingin merenovasi rumahnya agar tidak bocor ketika hujan. Meski tahu akan butuh waktu lama agar uangnya terkumpul, tetapi Mansyurudin tetap optimis. Menurutnya di mana kemauan, di situ pasti ada jalan.



“Saya kepengen banget benerin rumah, tapi uang buat benerin belum ada, kerjaan saya tukang pijit, kakak saya juga sebagai pembantu, yang penting bisa buat makan sehari aja udah alhamdulillah,” ujarnya.




Baca juga:  Rombongan SMK Muhammadiyah 3 Metro Lampung Kunjungi SD Muhammadiyah Birrul Walidain Kudus

Dalam keterbatasannya itu, Mansyurudin tetap berikhtiar untuk menjadi hamba yang bertakwa yaitu dengan menghafal Alquran. Uang hasil memijat ia gunakan untuk makan sehari-hari, dan jika ada lebih dipakai untuk ongkos mengaji ke Rumah Tahfidz Nurul Qolbi.




Kegigihan dan semangat Mansyurudin menggugah PPPA Daarul Qur’an untuk mewujudkan mimpi Mansyurudin memperbaiki rumahnya. “Bagi sahabat yang ingin terlibat membantu Mansyurudin bisa langsung berdonasi melalui Rekening Sedekah atau Sedekah Online,” kata Pimpinan PPPA Daarul Qur’an Bogor, Muhammad Thoriqin.




(Kumparan .com)