Para pembenci Islam berpesta pora pada periode kedua Presiden Joko Widodo (Widodo) karena bisa memberikan stigma negatif radikal, cadar kepada umat Islam. Stigma radikal hanya diarahkan umat Islam.
Demikian dikatakan aktivis Muhammadiyah Moh Naufal Dunggio dalam pernyataan kepada suaranasional, Senin (18/11/2019). “Para pembenci Islam dibiayai kelompok tertentu yang sangat benci terhadap Islam,” ungkapnya.
Kata Naufal, keberadaan Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin yang juga seorang ulama tidak bisa mencegah ada kelompok pembenci Islam.
“Keberadaan beliau hanya merupakan pelengkap penderita dalam pemerintahan sehingga peranan beliau sebagai seorang Ulama tidak banyak membantu akan keberadaan Islam di mata penghina Islam,” ungkapnya.
Naufal mengatakan, di saat bulan Maulid ada putri seorang proklamator menghina Nabi Muhammad SAW dan tidak segera ditahan. “Berbeda jika ada rakyat biasa baru membuat meme seorang presiden langsung ditangkap polisi,” jelasnya.
Kata Naufal, para pembenci Islam menemukan momentum membenci Islam saat kejadian bom bunuh diri di Mapoltabes Medan. “Setelah bom bunuh diri Mapoltabes Medan para pembenci Islam bersuara menyudutkan Islam,” jelasnya.
Selain itu, ia mengatakan, para pembenci Islam satu jaringan dengan pembenci Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. “Pembenci Islam satu jaringan dengan pembenci Anies Baswedan,” pungkasnya.