Mahfud MD harusnya menyebut ada pendidikan nonmuslim yang terkena radikalisme agar narasi radikal tidak mengarah ke Islam.
“Pendidikan nonmuslim yang radikal itu ada, namun Mahfud hanya menyebut ada pesantren yang radikal. Ini tidak adil,” kata pengamat politik Achsin Ibnu Maksum kepada suaranasional, Sabtu (17/8/2019).
Menurut Achsin, pernyataan Mahfud yang menyebut ada pesantren radikal artinya mantan Ketua MK membenarkan radikalisme hanya di Islam.
“Di Papua beberapa lembaga pendidikan agama ada yang mengajarkan melawan NKRI. Bahkan ada tokoh agama non muslim di Papua menyerukan Papua merdeka,” ungkap Achsin.
Achsin mengatakan, isu radikal yang dikembangkan saat ini hanya menyasar kepada kelompok Islam.
“Isu radikali bisa dijadikan proyek untuk seminar dan pembicaranya diberi honor. Ada kesengajaan isu radikal sengaja dipelihara agar BPIP melalui Mahfud ada kerjaan,” pungkasnya.
Sebelumnya Mahfud MD mentebut ada pesantren yang terkena radikalisme dengan menolak upacara bendera dan lagu kebangsaan Indonesia Raya.
“Yogyakarta saya tahu ada, di Magelang (ada), gak boleh menyanyikan lagu Indonesia Raya, mengibarkan (bendera) merah putih,” kata anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Mahfud MD dalam diskusi di Jakarta, Jumat (16/8/2019) dikutip dari tempo.co.
Kata Mahfud, pesantren yang terkena radikalisme sangat berbeda dengan pesantren lainnya. “Mendirikan lembaga pendidikan yang sangat jauh berbeda,” jelas Mahfud.