Ki Gendeng Pamungkas Menilai Aneh Kasus Novel Baswedan Sulit Terbongkar

Usia Polri sudah 73 tahun. Sampai sejauh mana penilaian masyarakat terhadap institusi yang kita cintai bersama ini. Mencintai Polri adalah juga lewat kritik dan masukan solusi.

Berikut pendapat Presiden Front Pribumi Ki Gendeng Pamungkas (KGP) yang kami dapatkan pada Jumat (5/7) usai deklarasi Revolusi Konstitusi Republik Indonesia di Tugu Proklamasi, Jakarta.

“Bukan tidak percaya polisi. Kalau era Ruki o.k lah tapi sekarang era melanial di mana rakyat berkurang kepercayaannya sama Polri. Apalagi kasus Novel polisi tidak mampu dituntaskan. Aneh kalau ditilik dengan kasus-kasus teroris yang dengan mudah diungkap,” kata Ki Gendeng Pamungkas.

Menurutnya KPK, sejak dipilih oleh pansel wanita genit tidak berkualitas lagi. Terlihat kekuatan KPK seperti sekelas polres semata. Sangat beda ketika era Taufikurrahman Ruki. Apalagi kasus yang diungkap ece-ece sementara kasus-kasus besar bebas notabene olang cina semua.

Sesungguhnya koruptor adalah kejahatannya setingkat teroris dan bandar narkoba. “Saya melihat pemberantasan narkoba menjadi lahan petak umpet kepentingan kelompok elit tertentu. Seperti orang bayar hutang gali lobang tutup lobang.

“Pemberantasan narkoba dan teroris hukumannya tembak mati dan seumur hidup bahkan ketika pengerebekan terduga teroris modar ditembak Densus 88. Ajaib,nah kalau koruptor walau sudah kena OTT, ketawa cengengesan seperti topeng monyet. Dan suka tersendat kalau sudah kena tembok besar politik. Seperti kaus ott ketum PPP yang nyerempet petinggi Kemenag adalah contoh nyata,” kata KGP.

Mungkin tidak hanya KGP yang mempunyai harapan seperti di atas. Banyak rakyat yang paham dengan diskriminasi penerapan hukum terhadap / diantara (para) koruptor, teroris dan bandar narkoba. Bagaimana pendapat Anda?

Simak berita dan artikel lainnya di Google News