Pertemuan Ridwan Kamil dan Rahmat Baequni Terkait Kontroversi Masjid Al Safar

Masjid Al-Safar karya Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menuai kontroversi karena dianggap mengandung simbol illuminati. Desain masjid itu juga sempat dibahas dalam kajian oleh Ustadz Rahmat Baequni dan menjadi viral di media sosial.

Demi meredam polemik di masyarakat, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jabar menggelar diskusi umum di Bale Asri Pusdai Jabar, Kota Bandung. Acara itu dihadiri langsung oleh Ridwan Kamil dan Ustadz Rahmat Baequni untuk menjelaskan kepada publik terkait polemik desain masjid tersebut.

Seperti kami kutip dari detikcom, sejak Senin (10/6/2019) sekitar pukul 10.00 WIB terlihat Bale Asri Pusdai Jabar telah penuh sesak dipadati masyarakat. Kurang lebih ada ribuan masyarakat terdiri dari pria dan wanita memadati lokasi acara.

Tidak lama berselang, Emil sapaan akrab Ridwan Kamil bersama Ustadz Rachmat Baequni masuk ke dalam lokasi acara didampingi oleh Ketua MUI Jabar Rachmat Syafei. Gema takbir langsung menggema saat keduanya masuk ke lokasi acara.

“Allahuakbar….allahuakbar…,” teriak yang hadir.

Setelah itu, keduanya menaiki panggung yang telah disiapkan. Emil dan Uztadz Rachmat Baequni terlihat akrab. Keduanya juga duduk saling berdampingan dalam satu kursi hitam. Bahkan di sela-sela acara keduanya tampak saling berdiskusi.

Selain itu, tampak sejumlah tamu undangan hadir di acara tersebut seperti Wagub Jabar Uu Ruzhanul Ulum, hingga Ibunda Ridwan Kamil, Tjutju Sukaesih. Mereka tampak serius menyaksikan jalannya acara.

Ustadz Rachmat Baequni mendapat kesempatan pertama memaparkan materinya. Di awal pemaparannya dia menjelaskan terkait lahirnya jin hingga berubah menjadi iblis.

Singkat cerita seorang jin yang memiliki nama ajazil tidak mau sujud ke Nabi Adam karena menganggap lebih baik. Saat itu jin itu mendapat gelar iblis dari Allah.

“Zionis Yahudi tidak menerima ajazil disebut iblis pembangkang. Menurut mereka ajazil ini korban ketidak adilan tuhan. Maka Zionis yahudi tidak menyebut iblis tapi diberi gelar penghormatan yakni Lucifer (sang pencerah),” ucapnya.

Dia kemudian memaparkan terkait beberapa negara atau suku yang sempat menyembah matahari, salah satunya di Mesir yang menyembah Dewa Horus. Dari situ mulai muncul mitologi segetiga satu mata.

“Siapapun berhak memiliki segitiga misalnya itu adalah simbol geometri, trigonometri. Tapi jangan lupa zionis yahudi menciptakan ini untuk menyimbolkan tuhan yang mereka tunggu-tunggu,” katanya.

Sementara itu, Gubernur Jabar Ridwan Kamil dalam pemaparannya lebih menjelaskan terkait bentuk-bentuk geomtri yang terdapat dalam dunia arsitektur. Dia juga memastikan bentuk segitiga yang ada di Masjid Al-Safar bukan simbol illuminati.

Bahkan dia menyebut, bila yang terdapat dalam mihrab masjid tersebut bukan bentuk segitiga melainkan bentuk trapesium.

“Sekarang disampaikan bahwa bentuknya segitiga. Ini bukan segitiga, ini adalah trapesium. Segitigamah A+B+C. Kalau trapesium itu A+B+C+D karena atasnya dipancung. Maka rumus matematikanya beda dengan segitiga,” katanya.

Selain itu, kata Emil, lingkaran yang berada di mihrab Masjid Al-Safar bukan menjadi desainnya. Menurutnya itu adalah tambahan dari pihak kontraktor dan tanpa sepengetahuan dirinya.

“Saya klarifikasi sekarang desain saya tidak pakai lingkaran. Karena proyeknya mangkrak oleh Jasa Marga, saat saya datang sudah seperti itu. Saya tanya kenapa ada lingkaran, katanya kreasi dari kontraktor,” katanya.

Dalam kesempatan itu, Emil menyampaikan, beberapa referensi terkait desain Masjid Al-Safar dari sejumlah pihak. Seperti Waketum MUI Pusat yang menyatakan tidak mempermasalahkan desain masjid tersebut dan sah digunakan sebagai tempat ibadah.

“Menurut Waketum MUI, masjid Al-Safar di area tol Cipularang sah menjadi tempat salat. Tidak ada aturan khusus desain suatu masjid. Kemudian entah kenapa kita mendapat penghargaan dari Arab Saudi. Alasannya tidak ada aturan dalam desain masjid,” ujarnya.

Emil berharap, masyarakat bisa paham atas penjelasannya itu. Dia juga mengajak semua pihak untuk tidak mudah terprovokasi dan tetap saling menjaga persatuan.

“Imbauan saya sebagai umaro kita cari persamaan. Karena kalau berantem seperti ini terus bangsa ini tidak akan pernah maju,” ujarnya.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News