Oleh: Nurbani Yusuf
Terkejut aku melihat sosok tua berjalan tegap digandeng putrinya. Perlahan naik ke atas panggung. Memberi orasi dengan suara yang mulai parau dan kalah nyaring dibanding suara petasan dan teriakan para pencari keadilan.
Beliau sendirian. Di tengah riuh desing mesiu. Dahnil yang biasanya lantang bertakbir tiada. Dr Gamal yang disebut pemberani juga tak nampak. Ustadz Haikal sang motivator tidak berkabar, saudagar kaya Yusuf Martak yang biasanya selalu tampil di depan saat Prabowo pidato entah di mana. Bahtiar Nashir khusyuk beribadah umrah. Pidato yang Mulia Habib Rizieq Syihab yang biasanya dikirim lewat video juga membisu.
Ini hari panentuan. Tapi Pak Amien sendirian. Para pengurus Muhammadiyah hanya sibuk wa an. Sibuk berdebat tentang jihad dan melawan munkar tapi juga tiada. Kokam entah menjaga siapa. Para Pemuda, IMM, IPM, Tapak Suci, NA kalian ada di mana … ?
Tak terasa Air mataku menitik .. perlahan aku begerak menjauh. Aku menatap nya dalam-dalam–yang terlihat hanya kopyah putihnya yang membalut rambut tuanya. Ingin aku memeluknya dan membawanya jauh pergi… tapi aku tak bisa.
Perlahan aku bergerak menjauh . Aku pun pergi meninggalkan nya seperti yang lainnya … maafkan aku … aku tak bisa membantu. Aku tak tahu apakah ini sebuah kehormatan atau Tuhan sedang mempermalukan … ????????