Pihak Istana menarasikan Pilpres sebagai sesuatu menakutkan dan ada kepanikan atas pernyataan Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) Moeldoko bahwa perlu perang total untuk memenangkan Jokowi di Pilpres 2019.
Demikian dikatakan pengamat politik Achsin Ibnu Maksum dalam pernyataan kepada suaranasional, Jumat (15/2/2019). “Pilpres itu hanya kompetisi seperti pertandingan olah raga. Kalah dan menang hal biasa,” kata Achsin.
Kata Achsin, penyebutan perang total menandakan ada pihak yang dikorbankan. “Namanya saja perang, ada yang terbunuh. Ini penyebutan yang mengerikan,” jelas Achsin.
Menurut Achsin, pernyataan Moeldoko itu hampir sama dengan penyebutan Genderuwo yang diucapkan Presiden Jokowi. “Nampaknya pihak petahana ingin memunculkan militansi yang berlebihan terhadap pendukungnya,” jelas Achsin.
Sebelumnya, Moeldoko menegaskan bahwa saat ini timnya sudah masuk dalam strategi kampanye perang total. “Kami nyatakan sudah mulai perang total. Kami sudah menentukan center of gravity dari pertempuran itu, sehingga kami tahu harus bagaimana,” ujar Moeldoko di Markas TKN, Gedung High End, Jakarta pada Rabu (13/2/2019).
Namun, mantan Panglima TNI ini membantah bahwa alasan strategi perang total digunakan akibat elektabilitas calon presiden inkumben Jokowi yang cenderung stagnan di 62 hari menuju hari-H pencoblosan pemilihan presiden 2019.
“Enggak (karena stagnan). Perang total ini karena kami tidak ingin menang dengan persentase rendah. Kami ingin optimum. Target yang kami harapkan masih 70 persen,” ujar Moeldoko.