Iiiih Menteri Kok Begitu?

Oleh M. Nigara
Wartawan senior
Mantan Wasekjen PWI

“BU, BU yang gaji ibu siapa? Pemerintah kan, bukan yang keyakinan ibu? Ya sudah!” begitu pertanyaan sekaligus penekanan Menkominfo, Rudiantara. Sang menteri terkesan agar marah dengan ibu yang ditanya dan merupakan karyawan Menkominfo dalam acara sosialisai design stiker pilpres yang akan dipasang di gedung kementeriannya.

Sampai di situ, tidak ada yang berarti. Tapi, ketika kita melihat seluruh adegan yang terjadi di hall basket GBK, Senayan, Kamis (31/1) itu, masalah baru terlihat. Dan, rasanya tidak atau kurang pas jika Rudi bertanya seperti itu. Sebagai bapak dari seluruh karyawannya, dia harusnya bijak. Apalagi kalau kemudian kita tanya: “Pak menteri, memang yang gaji siapa? Seluruh fasilitas yang bapak terima dan pemerintah laksanakan, duitnya dari mana?”

Sekali lagi, mungkin ini cermin kepanikan. Awalnya sang menteri sudah bagus, sudah menekankan bahwa pilihan dua gambar design itu tidak boleh dikaitkan dengan politik, khususnya pilpres. Tidak boleh divideokan dan lain sebagainya. Hal ini untuk mengantisipasi kekeliruan dan kesalah pahaman. Tapi, dia lupa, ini tahun politik, apa saja pasti dikaitkan dan terkait dengan isue politik.

Sebagai petugas negara (maaf menteri kan harusnya memang menjadi pelayan rakyat seperti dulu janji Jokowi 2014, bahwa pemerintahannya bertugas untuk itu). Pernyataan itu juga yang menimbulkan harapan dari para pemilihnya. Apalagi ada embel-embel, tidak mau hutang lagi, tidak mau impor lahi, tidak mau bagi-bagi kursi ke partai koalisi. Tidak akan menaikkan bbm, tidak akan merugikan rakyat. Faktanya, ya anda bebas menilai sendiri. Semua kasat mata dan terlihat dengan jelas.

Kembali ke soal kekeliruan ibu yang jadi obyek tanya dan ‘marah’ sang menteri. Idealnya sang menteri menanggapinya dengan canda. Misaljan: “Eeit, ibu kenapa jadi ngelantur ini bukan soal keyakinan menlmilih paslon, tapi memilih design,”.
Atau, bisa juga sang menteri berkata: “Aaah ibu bisa aja. Ini soal design lho, bukan soal keyakinan. Lagi pula jika soal keyakinan itu rasanya seperti agama ya,”.

Baik kalimat pertama dan kedua saya yakin akan membuat karyawan kominfo tertawa, ya, biasalah phsikologis bawahan, biar bos, apalagi ini menteri, biar gak lucu, pasti dianggap lucu. Ya, biar bos senang.

Tapi, ketika sang menteri bertanya seperti di atas, orang akan melihat lain. Pemerintah sudah menggaji, ya harus dipuja. Ini yang membuat sang menteri jadi keliru. Ditambah lagi, ketika karyawan yang satunya dipuji setinggi langit karena memilih design nomer satu.

Ya, saat ini semua memang sangat sensitif. Siapa saja yang berseberangan dengan paslon petahana, selalu saja salah. Selalu saja ada pasalnya untuk dipidanakan. Ahmad Dani, Buni Yani, dan Rocky Gerung adalah contoh yang paling aktual. Padahal bupati Boyolali yang secara tegas menghina Prabowo asu, tenang-tenang saja.

Sekali lagi, jangan-jangan Rudiantara ikutan panik? Atau jangan-jangan semua petahana memang sedang panik?

Yang mesti diingat, Allah itu melihat segalanya, termasuk apa pun yang tersembunyi di balik hati kita yang terdalam. Dan, ada kehidupan setelah kematian di mana kita tak mungkin bisa berlindung dari siapa pun. Atau, jangan-jangan ikutan tidak percaya bahwa ada akhirat itu? Ya, maklum ada seorang tokoh yang pernah menyampaikan hal itu: “Nota bene mereka belum pernah mengalami,” katanya waktu itu. Sambil bergurau saya berkata pada sahabat-sahabat saya: “Wah seru juga ya kalau dia (sang tokoh) mati, kita minta balik lagi ke dunia untuk menceritakan hidup setelah mati!”

Ya, orang panik memang macam-macam gayanya.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News