Menko Maritim Luhut Binsar Panjaitan tidak mau mengacungkan dua jari bersama petinggi Bank Dunia-IMF menandakan ada ketakutan berlebihan terhadap simbol.
“Simbol dua jari itu bukan hanya milik Prabowo-Sandiaga. Itu bisa maknanya victoria atau kemenangan. Luhut menolak menandakan ada ketakutan berlebihan terhadap simbol,” kata pengamat politik Sahirul Alem kepada suaranasional, Senin (15/10).
Menurut Alem, tindakan Luhut itu akan diikuti para pejabat Jokowi yang menolak untuk mengacungkan dua jari.
“Sekarang ini dua jari diharamkan oleh pejabat Jokowi karena dianggap mendukung Prabowo-Sandiaga,” papar Alem.
Alem mengatakan, kaum milineal akan tertawa tindakan yang dilakukan Luhut tersebut. “Tindakan konyol Luhut itu akan menjauhkan kelompok milineal untuk memilih Jokowi-KH Ma’ruf Amin,” jelas Alem.
Selain itu ia mengatakan, Jokowi dan pendukungnya ingin memenangkan Pilpres 2019 secara mutlak. “Semua yang berbau Prabowo-Sandiaga akan ditolak. Mereka ingin Jokowi menang 90 persen seperti saat Pilkada Solo,” jelasnya.
Alem mengatakan, kemenangan Jokowi-KH Ma’ruf mencapai 90 persen akan memperkuat dalam menghadapi kelompok oposisi. “Nantinya jika oposisi berkuasa, maka alasan dukungan 90 persen bisa menjadi penguat,” pungkasnya.