Ada skenario China di balik laporan media Asia Sentinel (AS) berjudul ‘Indonesia’s SBY Government: ‘Vast Criminal Conspiracy’.
Demikian dikatan penggiat demokrasi berkeadaban Rahmat Thayib dalam pernyataan kepada wartawan, Sabtu (15/9).
Kata Rahmat, AS adalah pengawal dan corong ambisi proyek “jalur sutra abad 21”-nya China. Itu sebabnya, AS banyak menyoroti negara-negara di sepanjang “jalur sutra abad 21”. Termasuk Malaysia, Indonesia dan Mauritius yang jadi targetnya.
“Mula-mula AS mendukung pengleseran Najib Razak dari kursi perdana menteri karena terlalu pro Amerika Serikat. Kini AS habis-habisan menyerang PM Mahathir Mohamad,” jelasnya.
Kata Rahmat, AS sampai-sampai menjuluki Mahathir sebagai “Prophet of Doom” alias Nabi Kehancuran. Model yang sama mau diterapkan pula di Indonesia. Sebab, Indonesia sudah di tubir pemilu 2019.
Era pemerintahan Jokowi, utamanya proyek-proyek infrastruktur dan pertambangan didominasi China. Parahnya, China juga mengangkut buruh-buruhnya. Termasuk buruh kasar yang bikin gesekan sosial sebab dapat perlakukan istimewa dibanding buruh lokal.
Menurut Rahmat, dukungan SBY terhadap Prabowo dikhawatirkan mantan Danjen Kopassus memenangkan Pilpres dan proyek China di Indonesia bisa ditinjau ulang.
“Menghabisi SBY untuk menjegal Prabowo. China membunuh SBY dan Prabowo lewat tangan Mauritius. Asia Sentinel jadi aktor lapangannya,” jelasnya.
Rahmat mengatakan, Mauritius dipilih karena tiga hal. Dua yang pertama adalah kedekatan secara ekonomi dengan China dan Indonesia.
“Alasan ketiga, sebab negara ini tidak akan berisik. Lha, jumlah penduduknya cuma sepersepuluh penduduk DKI Jakarta kok? Sehingga, amat gampang merekayasa laporan Mahkamah Agung Mauritius yang kemudian dijadikan basis pemberitaan Asia Sentinel,” pungkasnya.