Ditemui di kediaman yang terletak di Dusun Balong, Desa Sumberdadi, Mantup, Lamongan, Fitri ibunda Ghani Alzahir Alhamzah tampak bersedih dan menyampaikan keluhan tentang sakit yang diderita anaknya yaitu hisbrundisis atau kelainan pada usus.
Kepada suaranasional, Fitri bercerita setelah Ghani berusia 15 hari muncul dalam perutnya benjolan seperti usus tersumbat sehingga tidak bisa buang air besar. Kemudian dibawa ke RS Mutiara Hati hingga 4 kali.
Kondisi Ghoni tidak kunjung membaik, lalu di bawa ke PKU Muhammadiyah Lamongan. Oleh pihak PKU dirujuk ke RS Dr Soetomo, Surabaya.
Setelah 8 kali operasi usus hingga saat ini, Ghani tidak berujung sembuh, namun tubuhnya makin kurus kering. Makanan yang dimakan tidak diproses dalam perutnya tetapi langsung keluar melalui lubang anus buatan.
Kondisi yang demikian menjadikan beratnya beban keluarga memikirkan biayanya. Sekali kantong buang air besar seharga Rp 60.000,-x 3 dalam sehari. Sementara pekerjaan suaminya yaitu Zainul adalah petani. Pada saat bulan kemarau ini tentu sangat minim pendapatan, padahal setiap hari butuh biaya yang tidak sedikit.
Dalam kebingungannya itu menjadikan Fitri menjual ginjal miliknya. Ia menawarkan melalui Facebook.
Sementara aparat desa Khususnya Kepala Desa Sumberdadi dan bidan terkesan acuh dan membiarkan kondisi anaknya Fitri.
Saat suaranasional bersama beberapa wartawam mengkonfirmasi masalah ini ke Kepala Desa Sumberdadi terkesan menghindar, tidak mau menemui.
Menurut asisten rumah tangganya, setelah bekerja seharian istirahat tidur. “Bapak istirahat,” ungkapnya. Beberapa kali suaranasional memencet bel rumahnya namun pemilik rumah tidak keluar.
Kepada suaranasional, Fitri berharap pihak aparat desa memberikan perhatian dan bantuan terhadap kondisi anaknya.
“Kami sudah menyampaikan permohonan tetapi hasilnya nihil. Ya karenanya mungkin dengan niatan jual ginjal ini jadi satu solusi,” ungkap Fitri. (Yunus | Rinto)