Ansor makin dijauhi umat Islam karena meminta pemerintah mengawasi khutbah dan pengajian dengan alasan mencegah radikalisme.
“Strategi Ansor salah yang meminta pemerintah memimta mengawasi khutbah dan pengajian untuk mencegah radikalisme. Permintaan itu justru membuat Ansor makin dijauhi umat Islam,” kata Pengamat politik Islam Muhammad Ibnu Masduki kepada suaranasional, Rabu (12/9).
Menurut Ibnu Masduki, munculnya radikalisme merupakan tantangan Ansor dalam menyampaikan dakwahnya. “Perlu inovasi baru terlebih era IT, perlu ada penceramah dari Ansor yang lebih menarik,” jelasnya.
Kata Ibnu Masduki, pihak pengurus masjid dan masyarakat bisa menyeleksi sendiri siapa saja khotib maupun penceramah agama Islam. “Selama ini tidak ada masalah khotib maupun penceramah agama mengisi pengajian di masjid-masjid,” papar Ibnu Masduki.
Sebelumnya GP Ansor meminta pemerintah mengawasi khutbah dan pengajian karena diindikasikan bisa menjadi sarana menyebarkan radikalisme dan kebencian.
“Kami sudah memohon kepada pemerintah agar betul-betul mengindentifikasi TKM-TKM masjidnya agar bisa dikontrol betul siapa sesungguhnya yang menjadi khatib di masjid tersebut,” kata Wakil Ketua GP Ansor M Hairul Amri, Sabtu (8/9).
Kata Gus Am–panggilan akrab N Hairul Amri, masjid salah satu tempat yang sangat potensial digunakan untuk mensyiarkan apa yang menjadi agenda politiknya.
“Karena ketika khatib berceramah itu tidak ada kesempatan orang untuk melakukan interupsi,” jelasnya.
Kata Gus Am, sesungguhnya khatib harus memiliki batasan atau koridor dan norma-norma.
Khatib yang paling utama menurutnya adalah mengajak orang untuk bertaqwa, bertaubat kepada Allah.
Apabila menyimpang dari materi itu, seperti mengajak ke agenda-agenda politik maka sudah dapat dipastikan menyimpang dari substansi khatib.
“Semua cara dilakukan oleh mereka, sebab itu kami dari Nahdatul Ulama melalui gerakan pemuda Ansor sekarang berupaya betul di masjid-masjid diperumahan-perumahan melakukan pendampingan,” kata dia.