SENDAWAR – Santri di Pondok Pesantren Solat Alquran dan Sodeqoh (SAS) yang berada di Kelurahan Simpang Raya, Kecamatan Barong Tongkok, Kabupaten Kutai Barat, diajarkan budidaya sayur seledri organik dengan media tanam hidroponik. Hasil panennya, selada yang biasanya menjadi sayuran ‘mewah’ ini dijual hanya seharga Rp 2 ribu sepongkol dengan berat rata-rata 300 gram.
“Santri yang membudidayakan selada organik, kami yang membina. Karena di sini kurang begitu laku, cuma dijual Rp 2 ribu seikat,” ujar Tuki, pengajar Ponpes SAS, Minggu (2/9/2018).
Menurutnya, permintaan pasar setempat untuk selada sangat minim, sehingga sayuran yang dibudidaya tidak terlalu banyak, hanya di rumah hidroponik berukuran 80 meter persegi. Itu pun hasilnya lumayan banyak, tidak sampai sebulan sudah bisa panen, hasilnya bisa mencapai 30 kilogram.
Budidaya sayur selada organik dengan media tanam hidroponik dapat mempercepat panen ketimbang ditanam langsung di tanah. Di kota-kota besar, sayur yang punya nama latin lactuca sativa ini menjadi menu pavorit kalangan atas karena memiliki banyak manfaat. Di antaranya untuk menjaga kesehatan jantung, merawat kulit, meningkatkan kekebalan tubuh, mencegah komplikasi kehamilan, menjaga kesehatan mata dan menjegah tulang keropos. []
Reporter: Hadi Purnomo
Penulis lepas di Kutai Barat