Tokoh Muda NU Ini Ingatkan Bahaya Kedatangan Ustadz Abdul Somad di Jepara

Ustadz Abdul Somad (UAS) yang akan mengisi tabligh akbar di Mayong, Jepara 1 September 2018 sangat berbahaya bisa memunculkan ideologi radikal.

“Sebelum UAS ceramah pas hari H pada 1 September 2018 pun tim pengamanannya sudah datang lengkap dengan simbol-simbol ormas terlarang,” kata tokoh muda NU Jepara Abdalla Badri di akun Facebook-nya.

Kata Abdulla Badri, PC Ansor Jepara saat audiensi di Polres sebelum Idul Adha meminta polisi menjamin Al-Husna tidak menolerir simbol-simbol HTI “manggung” di Jepara sebab kehadiran Somad dan Somaders luar kota.

“Cuma dijawab bahwa polisi tidak punya mekanisme praktis mencegahnya, “mosok pas Somad ngomong khilafah langsung diturunin,” katanya, “bukan zamannya,” ungkapnya menirukan aparat kepolisian.

Ia khawatir, saat kedatangan UAS di Jepara, datang kelompok radikal dari Solo maupun daerah lainnya.

“Bukan tidak mungkin pasukan dari Solo benar-benar datang. Jeporo njur ape digawe iyak-iyakan Jamaah Tabligh, HTI dan FPI ngunu? (Jepara dibuat main-main Jamaah Tabligh, HTI dan FPI-terjemahan),” paparnya.

Abdulla Badri mengatakan, UAS tidak pernah mewakili NU. tidak bisa mewakili NU. “Siapa bilang dia NU. Lha wong merujuknya dia bukan ke PBNU kok,” jelasnya.

Kata Abdullah Badri, aparatnya Somad saja bertopi La Ilaha Illa Allah khas ala Hizbut Tahrir begini. Celananya cingkrang, topinya bertajuk Liwa’ dan Royah.

Alumni TBS Kudus ini mengatakan, jangan salahka Jika beberapa bulan setelah UAS datang ke Mayong lalu gerakan radikalisme agama makin menguat di Bondo, Pakis Aji, dan pinggiran-pinggiran pesisiran.

“Tanyalah mengapa Al-Husna pede banget mendatangkan figur yang memantik kelompok madzahab nyinyir dan dikit-dikit kafir dan haram itu,” paparnya.

Abdulla Badri sudah berusaha mencerahkan beberapa elite NU di Jepara. “Jika ditanggapi dengan pendekatan politik praktis, ya monggo kerso. Soal ideologis begini, saya paling tidak bisa kompromi. Dianggap keras kepala monggo,” ungkapnya.

“Silakan undang UAS untuk datang ke Jepara, dua atau tiga bulan sekali, maka lihatlah yang akan dipanen di “Jepara Bumi Aswaja”,” pungkasnya.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News