Secara pribadi mantan Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah Prof Din Syamsuddin tidak sepakat banyak hal dengan Islam Nusantara.
Demikian dikatakan Din Syamsuddin dalam pernyataan melalui whatsapp yang dipublikasikan dosen Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) Ma’mun Murod Al Barbasy di akun Facebook-nya. Ma’mun mempublikasikan sudah persetujuan Din Syamsuddin.
“Tapi akhlak Islam yang saya amalkan menghalangi saya untuk mencela atau menegasi pendapat sesama umat Islam secara terbuka apalagi dengan nada penuh kebencian,” kata Din.
Din mengatakan, pernyataan terkait Islam Nusantara di media dalam kapasitasnya sebagai Ketua Dewan Pertimbangan MUI yg anggota-anggotanya terdiri dari segenap Ketua Umum Ormas-ormas Islam.
“Wantim MUI telah menyepakati Etika Ukhuwah Islamiyah, yang antara lain menjelaskan agar sesama umat Islam saling menghargai dan tidak saling menghina. Itulah akhlak Islam yang sejati,” paparnya.
Kata Din, kalau saudara-saudara NU mengembangkan pikiran Islam Nusantara adalah hak mereka, sama juga dengan Muhammadiyah yang mengembangkan Islam Berkemajuan adalah hak warga Muhammadiyah. Kelompok umat Islam lain tidak perlu menyikapinya dengan sinis.
“Kalau tidak setuju, tidak perlu menyatakan secara terbuka, karena hal demikian akan mendorong sesama umat Islam saling menegasi, saling mengenyahkan. Kalau terhadap pemeluk agama lain berlaku ajaran “lakum dinukum waliyadin”, bagimu agamamu, bagiku agamaku, maka terhadap sesama umat Islam bisa diberlakukan “lakum ra’yukum walira’yi”, bagimu pendapatmu dan bagiku pendapatku,” jelasnya.
Din mengajak kelompok terdidik, kelompok cerdas, dan kelompok arif bijaksana dari umat Islam harus tampil mengawal ukhuwah Islamiyah. Jangan biarkan perbedaan kepentingan politik memecah belah kita, dan jangan kebencian memenuhi hati kita.
“Saya hanya ingin bertawashi demikian, kalau tidak sependapat tidak apa-apa. Saya berterima kasih terhadap yang sependapat, dan juga berterima kasih terhadap yang sinis, karena itu telah menambah pahala bagi saya,” pungkasnya.