Sudah 3,5 tahun Soeharto yang tunanetra merawat istrinya Astuti (76) seorang diri. Termasuk saat empat bulan terakhir ia merawat luka di punggung istrinya yang akhirnya berbelatung.
Seperti kami kutip dari detikcom, pria 68 tahun itu mengaku dirinya sempat putus asa saat mendapati luka di punggung istrinya semakin menganga dan berbau menyenggat hingga akhirnya mengeluarkan belatung. Kondisi Soeharto yang tak bisa melihat membuatnya hampir menyerah, namun masih banyak orang baik di sekitarnya yang membantu pasutri tua tersebut.
“Awalnya istri saya sakit tumor otak. Kemudian kakinya patah karena terjatuh 3,5 tahun lalu. Setiap hari istri hanya bisa terbaring di tempat tidur,” ucap Soeharto kepada saat ditemui di rumahnya di kawasan Jalan Putat Jaya Gang X, Kelurahan Putat Jaya, Kecamatan Sawahan seperti diberitakan detikcom, Senin (23/7/2018).
Soeharto mengatakan kemungkinan luka di punggung istrinya diakibatkan dirinya yang telat mengganti popok untuk istrinya. Awalnya dalam sehari, ia mengganti popok sebanyak tiga kali. Namun karena keterbatasan ekonomi, popok itu ia ganti sehari sekali hingga sekali dua hari.
“Mungkin karena saya telat ganti popoknya. Jadi tercampur air seni dan menjadi kotor. Kalau luka saya kasih minyak kayu putih sembuh. Tapi ini kok tidak. Baunya semakin menyengat saya bingung. Kami hidup berdua tak punya anak dan tak ada saudara yang membantu,” papar Soeharto.
Karena hanya hidup berdua itulah Soeharto sering merasa was-was ketika menemani istrinya tidur di ruang tamu. Meski Soeharto mengalami buta pada kedua matanya tetapi secara naluri langsung tahu dan bergerak menolong.
“Pernah istri saya kejang. Saya langsung bangun dan menolongnya karena kasurnya bergetar. Kadang seperti sudah naluri saya langsung respon. Namanya juga garwo (sigaraning nyowo), opo-opo keroso (apa-apa terasa),” ujar Soeharto sembari mengusap matanya.
Soeharto juga menceritakan ketika ia menyuapi istrinya yang sakit. Ia sering berlepotan ketika menyuapkan makan. “Namanya orang buta, satu pegang piring satu pegang sendok. Tidak bisa meraba, jadi salah-salah. Sering berlepotan,” ujar Soeharto sambil tersenyum.
Meski Soeharto memiliki kekurangan dalam penglihatan, ia selalu mengerjakan urusan rumah tangganya sendiri mulai dari memasak, mencuci, dan menjemur pakaian.
“Saya masak sendiri pakai magicom. Mulai dari nasi dan mi, yang penting ada nasi dan kecap cukup,” ungkap Soeharto.
Kesulitan yang mendera Soeharto dan istrinya akhirnya ditanggapi para tetangga. Para tetangga akhirnya tahu dan mulai membantu, termasuk menyebarkan kisah mereka di media sosial. “Ada beberapa yang membantu setelah diviralkan. Namun hanya ada satu orang yang membantu membersikan luka istri saya dengan telaten meski baunya sudah menyenggat,” lanjut Soeharto.
Setelah itu, barulah petugas Pemkot Surabaya datang dan membawa Astuti ke RSUD dr Soewandhi. Pasutri yang sudah menikah selama 38 tahun ini kini mulai mendapatkan secercah harapan. Sebab semua kesulitan sudah mulai dibantu oleh Pemkot Surabaya.